OJK Nilai Penurunan GWM Perbankan Dongkrak Pertumbuhan Kredit
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyebutkan kelonggaran GWM memberi kontribusi dalam mendukung stabilitas sektor keuangan. Dan imbasnya adalah mampu berkontribusi baik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut baik kebijakan Bank Indonesia yang memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan. Penurunan GWM tersebut akan membuat perbankan memiliki likuiditas tambahan hingga Rp 25 triliun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyebutkan kelonggaran GWM memberi kontribusi dalam mendukung stabilitas sektor keuangan. Dan imbasnya adalah mampu berkontribusi baik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Kenapa OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah? OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah dengan memanfaatkan keunikan dan kekhasannya yang memiliki keunggulan dibanding produk bank konvensional. Keunggulan itu perlu dimaksimalkan agar perbankan syariah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat dan perekonomian nasional.
"Dengan adanya penurunan giro wajib minimum dan penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia serta masuknya arus modal di pasar keuangan domestik akan dapat pertumbuhan kredit ke depan," kata dia, di kantornya, Rabu (24/7).
Seperti diketahui BI memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan. GWM untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah masing-masing turun sebesar 50 bps menjadi 6,00 persen dan 4,5 persen dengan rerata masing-masing tetap 3,0 persen dan berlaku efektif per 1 Juli lalu.
Manfaat lain pelonggaran ini adalah dana yang dikelola perbankan bisa ditempatkan pada sektor lain, misalnya kredit. Dia mengungkapkan kredit perbankan tumbuh stabil pada level 9,92 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor listrik, air, dan gas, konstruksi, serta pertambangan," ujarnya.
Sementara itu, piutang pembiayaan juga tumbuh sebesar 4,29 persen secara year on year (yoy). "Didorong oleh pertumbuhan pembiayaan pada sektor industri pengolahan, pertambangan, dan rumah tangga," tutupnya.
Baca juga:
Semester I-2019, OJK Catat PMI Manufaktur dan Ekspor RI Masih Melambat
BNI Salurkan Kredit Rp549 Triliun di Semester 1-2019
Laba Bersih Bank BNI Tumbuh Tipis jadi Rp7,63 Triliun di Semester I-2019
Hasil Sementara Evaluasi BI Temukan Kelemahan Sistem IT Bank Mandiri
Soal Gangguan Sistem Bank Mandiri, Ini Kata Apindo
Indef: Pengamanan Sistem IT Perbankan Indonesia Lemah