OJK Sebut Penurunan Jumlah Bank Menyesuaikan Kondisi Pasar
Wimboh tidak menyebutkan berapa jumlah bank yang ideal di Indonesia. Sebab, menurutnya jumlah tersebut mengikuti kesesuaian dengan pasar. Dia juga menyatakan bank jangan takut dengan persaingan yang ada. Jika memang tidak mampu berdiri sendiri, bank tersebut bisa menjalin konsolidasi.
Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) meminta jumlah bank di Indonesia diturunkan. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, mengatakan hal tersebut bisa saja terjadi.
"Minta (pengurangan jumlah) kan boleh, tapi kan harus market base, tidak bisa dipaksakan. Sesuatu kalau dipaksakan tidak bisa, harus market base prosesnya," kata Wimboh saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1).
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
Wimboh tidak menyebutkan berapa jumlah bank yang ideal di Indonesia. Sebab, menurutnya jumlah tersebut mengikuti kesesuaian dengan pasar.
Dia juga menyatakan bank jangan takut dengan persaingan yang ada. Jika memang tidak mampu berdiri sendiri, bank tersebut bisa menjalin konsolidasi dengan bank lainnya agar tetap dapat berjalan.
"Mau berapa pun (jumlah bank) kalau market base, itulah yang jumlah yang pas. Jangan berdebat jumlah, kan menjadi debat kusir. Kita ikuti saja market base yang ada. Kalau memang laik hidup, ya hidup, kalau sakit ya cari partner," ujarnya.
Sebelumnya, Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menyatakan bahwa ke depan akan terjadi pengurangan jumlah bank di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya bank yang melakukan konsolidasi.
Konsolidasi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam perkembangan sektor perbankan ke depan. Hal ini mutlak dilakukan untuk memperkuat aspek permodalan bank. Selain itu perkembangan ekonomi digital mengharuskan setiap bank untuk memperkuat investasi di sisi IT.
"Persaingan DPK, terutama dana murah, CASA, kan challenging. Bank yang punya teknologi dan punya platform dan cabang tentu akan lebih mampu menggalang DPK yang lebih banyak. Sehingga mungkin perbankan Indonesia jumlahnya akan berkurang secara signifikan. Hanya ada bank-bank yang punya skala, baik skala fisik maupun digital yang benar-benar kuat yang bisa survive," kata Ketua Umum Perbanas, Kartika Wirjoatmodjo, di Plaza Mandiri, Jakarta.
Meskipun demikian, Direktur Utama PT Bank Mandiri ini menjelaskan bahwa konsolidasi bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan. Sebab konsolidasi merupakan upaya biasa yang akan ditempuh agar tetap bertahan di tengah perkembangan zaman.
Dunia perbankan, kata dia, dengan sendirinya akan melakukan konsolidasi sebagai upaya untuk mempertahankan bisnis. Beberapa bank, sebut dia bahkan sudah menjalankan strategi konsolidasi. "Tanpa perlu ada regulasi, atau arahan yang top down, konsolidasi ini pasti terjadi. Kita dari dulu tunggu konsolidasi ini kapan terjadi ya. Sekarang ini waktunya," jelas dia.
Baca juga:
Per Desember 2018, Total Aset Bank Mandiri Capai Rp 1.202 Triliun
Layani 83,5 Juta Nasabah, Bank Mandiri Catat 4.143 Transaksi Per Menit
2018, Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 820,1 Triliun
Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 25 Triliun Sepanjang 2018
Bappenas Ungkap Alasan Kepemilikan Rekening Bank Masyarakat Daerah Rendah
Bank Mandiri Siapkan Rp 200 Miliar Fasilitasi Kredit Mitra Bukalapak
Pacu Kreativitas Milenial, BTN Dukung Program BUMN Islamic Nexgen Festival