Orang kaya baru di Asia pilih nabung ketimbang investasi
Alhasil, mereka kehilangan peluang untuk meningkatkan kekayaan dalam waktu cepat.
Kebanyakan orang kaya baru di Asia dinilai cenderung konservatif dalam mengelola hartanya. Indikasinya, menabung menjadi pilihan utama ketimbang investasi. Alhasil, mereka kehilangan peluang untuk meningkatkan kekayaan dalam waktu cepat.
Demikian hasil studi digelarStandard Chartered Plc.Berdasarkan itu, rata-rata 39 persen orang kaya baru (emerging affluent) di tujuh negara Asia memilih menabung. Hanya 18 persen yang berani mengambil risiko investasi di ekuitas.
-
Kapan orang kaya berinvestasi? Orang kaya berinvestasi untuk jangka panjang dan tidak panik saat pasar bergejolak.
-
Apa yang menjadi fokus utama orang kaya dalam pengelolaan keuangan? Orang kaya tidak hanya fokus pada pengeluaran dan pendapatan harian, tetapi juga melihat bagaimana semua itu dipadukan dalam jangka panjang. Mereka berinvestasi sebagai portofolio, dan memastikan instrumen yang mereka investasikan membuat kinerja keuangan mereka lebih baik.
-
Bagaimana orang kaya yang sederhana mengelola keuangan mereka? Meskipun mereka mungkin memiliki berbagai investasi, seperti real estate, saham, atau usaha, mereka tetap berhati-hati dalam mengatur pengeluaran sehari-hari.
-
Gimana sifat kehati-hatian membantu orang kaya mengelola keuangan? Sementara pendidikan memiliki hubungan penting dengan tingkat pendapatan, mungkin saja kehati-hatian lebih membantu dalam mengelola pengeluaran dan perawatan dengan tabungan dan investasi.
-
Siapa saja yang bisa berinvestasi di reksa dana? Faktanya reksa dana tersedia untuk berbagai jenis investor dan terjangkau untuk semua orang. Pasalnya, terdapat instrumen reksa dana yang bermodal Rp100.000 sudah bisa mulai investasi reksa dana.
-
Mengapa orang kaya menghindari utang? Utang bisa menjadi beban besar, terutama dengan bunga kartu kredit yang tinggi. Pada Februari 2024, tingkat bunga rata-rata kartu kredit mencapai 22,63 persen, yang berarti bahwa utang sebesar USD10.000 bisa berujung pada pembayaran bunga sebesar USD6.787 dalam lima tahun. Oleh karena itu, orang kaya sangat selektif dan menghindari hutang, karena mereka tidak ingin membuang uang untuk pembayaran bunga.
Pakistan menjadi contoh ekstrem dari prilaku konservatif tersebut. Sebanyak 50 persen dari total yang disurvei mengaku lebih memilih menyimpan uang di rumah lantaran tak menyukai sistem perbankan.
"Apa yang dihasilkan studi ini sungguh mengejutkan. Yaitu watak konservatif dari banyak orang kaya baru," kata Karen Fawcett, Kepala Perbankan Ritel Standard Chartered, seperti diberitakan Bloomberg, hari ini.
Fawcet mendefinisikan orang kaya baru atau emerging affluent sebagai Individu golongan kelas menengah yang sudah mampu menabung setiap bulan untuk keperluan masa depan.
"Mereka menabung untuk menggapai mimpi besar: membeli rumah, menyiapkan pendidikan berkualitas buat anak, dan lain-lain."
Terlepas itu, Fawcett menyarankan para orang kaya baru memanfaatkan tabungan untuk menghasilkan uang lebih banyak.
Berdasarkan studi, orang kaya baru bisa memercepat peningkatan hartanya dalam sepuluh tahun ke depan jika mengalihkan dana tabungannya ke investasi minim risiko.
(mdk/yud)