Otoritas pasar modal dorong BI turunkan suku bunga
"Semoga dengan inflasi 3,3 persen, BI Rate kalau bisa (spread) jangan sampai 4 persen."
Otoritas pasar modal mendorong Bank Indonesia segera menurunkan suku bunga acuan. Mengingat, kondisi makroekonomi Indonesia dinilai sudah membaik.
"Semoga dengan inflasi 3,3 persen, BI Rate kalau bisa (spread) jangan sampai 4 persen," ungkap Direktur Utama BEI Tito Sulistio, di Jakarta, Selasa (5/1).
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
-
Bagaimana Bank Indonesia memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? "Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegas dia.
Tito meyakini kondisi pasar modal tahun ini akan lebih baik. Meskipun, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif.
"Pertanyaan tinggal satu, stabilitas nilai tukar rupiah yang membuat investor tidak bisa karena dia bingung di harga berapa Rupiahnya," ujarnya kepada wartawan, Jakarta, Selasa (5/1).
Menurut Tito, selain memberikan ketidakpastian bagi para pelaku pasar, pelemahan rupiah juga bisa menjadi sentimen negatif bagi laju IHSG. Setiap poin perubahan nilai tukar sangat menentukan daya beli transaksi saham di pasar modal.
"Setiap (penguatan) Rp100 itu sekitar Rp4,5 triliun ada daya beli (transaksi saham) meningkat," jelasnya.