Pakar ini sebut industri sawit bukan penyebab emisi karbon udara
"Dari mana teorinya fotosintesa malah mengeluarkan emisi karbon?"
Pakar ilmu tanah dan gambut dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Basuki Sumawinata menyebut, komoditas sawit bukan penyebab terjadinya emisi karbon di udara. Sebab, sawit tidak mengeluarkan karbon sebagaimana tanaman lainnya, dan sawit mengalami proses fotosintesis, mengambil karbondioksida dan mengeluarkan oksigen.
"Dari mana teorinya fotosintesa malah mengeluarkan emisi karbon? Yang mengeluarkan gas karbon paling besar itu pembakaran fossil, dari bahan organik kita ubah jadi CO2. Kalau dari sawitnya sendiri tidak mungkin mengeluarkan karbon. Sekarang karena sawit ditanam di tanah, gambutnya akan didekomposisi mengeluarkan CO2, dasarnya apa orang mengatakan gambutnya akan turun (jika ditanam sawit)?" ujarnya di Jakarta, Senin (29/2).
-
Mengapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Mengapa kelapa sawit cocok dibudidayakan di Indonesia? Kelapa sawit hanya hidup di daerah tropis, seperti Indonesia, Malaysia, sebagian kecil wilayah Afrika, dan Amerika Latin.
-
Di mana penanaman kelapa sawit pertama kali dilakukan secara komersial di Indonesia? Sejak 1910, kelapa sawit banyak dibudidayakan secara komersial dan meluas di Sumatera.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Mengapa perusahaan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk mengekspor produknya? Selain untuk kebutuhan dalam negeri, hasil produk minyak olahan sawit diekspor ke Tiongkok, Bangladesh, Pakistan, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan.
-
Bagaimana kelapa sawit pertama kali diperkenalkan dan ditanam di Indonesia? Kelapa sawit pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor, pada tahun 1848 oleh orang Belanda yang datang ke Indonesia.
Menurutnya, jika lahan gambut dibakar menjadi CO2, memang akan terjadi emisi karbon. Apabila tidak dibakar, gambut itu akan padat karena di-drain, airnya keluar dan akan padat, tetapi karena ada udara, mikroorganisme akan memanfaatkannya untuk badannya, dimakan, didekomposisi menghasilan CO2 halus.
"Benda kasar kalau dimakan bakteri akan jadi halus, semakin halus maka semakin padat. Kalau semakin padat maka kapiler air akan naik ke atas, bakterinya akan mati lagi. Jadi akan terjadi keseimbangan, tidak mungkin turun terus," jelas dia.
Di samping itu, Basuki menambahkan, cerita bahwa gambut habis bukan tidak pernah ada. Itu terjadi ketika dulu pemerintah membuka program transmigrasi, mananam padi, pembersihan lahannya pun dianjurkan dengan cara dibakar dan tidak dikasih pupuk. Karena dibakar terus tiap tahun, gambut habis.
"Lalu orang-orang bikin pengandaian, persamaan regresi, jika setahun turun sekian sentimeter maka sekian tahun gambut akan habis. Tapi kalau cara buka lahannya benar, mari kita lihat bagaimana kota-kota di Sumatera atau di kampung-kampung, menanam kelapa dan karet di lahan gambut, itu mereka menanam dari tahun 20-an. Kalau betul seperti itu, setahun 10 sentimeter, sekarang sudah hampir seratus tahun, itu berapa meter (turunnya)? Kenyataannya masih begitu-begitu saja," ungkapnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian Pertanian, sawit mempunyai kemampuan menyerap CO2 yang tinggi (251,9 ton/ha/th), dan ini sangat berguna dalam mengurangi konsentrasi CO2 di udara. Pada aspek ekofisiologis, sawit membawa keuntungan karena kemampuan fiksasi CO2, kemampuan produksi O2 (183,2 ton/ha/th) dan biomassa (C) yang tinggi.
Produksi biomassa perkebunan kelapa sawit juga dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan hutan tropis. Limbah kelapa sawit baik pohon, pelepah, tandan buah kosong dan cangkang merupakan sumber energi yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar nabati dan menekan penggunaan bahan bakar fosil, sehingga secara signifikan akan menurunkan emisi.
Baca juga:
Dalam satu bulan, dana pungutan kelapa sawit capai Rp 1 triliun
Terima sertifikat ISPO, daya saing 149 perusahaan sawit meningkat
Pengamat ini ungkap AS ingin hancurkan industri sawit Indonesia
Kenaikan suhu bumi dua derajat bisa hilangkan pulau
Kisah Genghis Khan tak sengaja stop pemanasan global lewat perang
Pemanasan global bikin 7 makanan ini hilang di masa depan