Pecah Perang Iran-Israel Picu Kenaikan Harga BBM hingga Krisis Bahan Pangan, Begini Penjelasannya
Sederet potensi gangguan ekonomi akibat pecah peran Iran-Israel di Timur Tengah.
Sederet potensi gangguan ekonomi akibat pecah peran Iran-Israel di Timur Tengah.
- Kabar Gembira, Harga BBM Tak Bakal Naik Hingga Juni Meski Konflik Israel Vs Iran Memanas
- Tahan Kenaikan Harga Bensin Akibat Konflik Iran Vs Israel, Pemerintah Bakal Tambah Subsidi BBM
- Imbas Serangan Iran ke Israel, Rupiah Makin Terpuruk Pasca Libur Panjang Lebaran
- Ada Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Jamin Harga BBM Tak Naik
Pecah Perang Iran-Israel Picu Kenaikan Harga BBM hingga Krisis Bahan Pangan, Begini Penjelasannya
Pecah Perang Iran-Israel Picu Kenaikan Harga BBM hingga Krisis Bahan Pangan, Begini Penjelasannya
Beberapa waktu lalu, Iran melakukan serangan udara dengan meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel.
Aksi ini merupakan balasan dari Iran setelah sebelumnya Israel menyerang kantor Konsulat Iran di Damaskus, Suriah yang menewaskan petinggi Garda Korps revolusi Iran.
Tak hanya itu, aksi yang sama juga sebagai bentuk perlawanan Iran terhadap serangan Israel kepada Palestina.
Atas serangan itu, Israel panik dan meminta kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk segera mengadakan rapat darurat atas serangan yang dilakukan oleh Iran.
Permintaan dilayangkan melalui surat resmi yang dikirimkan ke Duta Besar Israel untuk PBB Presiden Dewan Keamanan PBB, Vanessa Frazier.
Memanasnya tensi geopolitik timur tengah tersebut membuat beberapa negara mulai khawatir akan ancaman dan dampak perang tersebut.
Lantas bagaimana dampak ekonomi serangan tersebut bagi di dunia?
Dalam laporan yang dilansir dari Financial Express, ada beberapa dampak ekonomi atas perang antara Iran dan Israel.
Pertama pasar saham global kemungkinan akan mengalami reaksi spontan pada sesi perdagangan pertama minggu ini. Sebab para investor khawatir atas dampak serangan militer Iran terhadap Israel.
Ada beberapa sektor seperti pertahanan, energi dan teknologi yang sensitif terhadap ketidakstabilan geopolitik. Mengingat Iran dan Israel memiliki hubungan langsung dengan beberapa sektor penting dunia.
Apalagi Iran pemain energi global yang utama, sementara Israel mendominasi bidang pertahanan dan teknologi global.
Kedua, dampak terhadap mata uang.
Di masa yang penuh gejolak, sentimen investor di pasar mata uang terpukul.
Mata uang paling aman atau stabil sekalipun seperti dolar Amerika Serikat menjadi lebih kuat karena investor mencari perlindungan pada mata uang yang lebih kuat di tengah ketidakpastian ekonomi.
Di sisi lain, hal ini langsung berdampak pada mata uang lain yang melemah karena adanya risiko.
Dalam laporan tersebut, Rupee India kemungkinan akan mendapat tekanan karena harga minyak mentah yang lebih tinggi harga.
Mengingat Iran adalah produsen utama minyak mentah.
"Jika Iran terus terlibat perang dengan Israel, akan terjadi krisis besar dalam hal produksi dan pasokan minyak, yang semakin memperburuk situasi," tulis laporan tersebut sebagaimana dikutip merdeka.com, Senin (15/4).
Ketiga, harga minyak dunia akan melonjak.
Diketahui Timur Tengah merupakan kawasan penghasil minyak utama. Akibat perang tersebut ada kemungkinan produksi dan pasokan minyak akan terganggu jika perang berkepanjangan.
Gangguan pasokan apa pun akan menyebabkan lonjakan harga minyak mentah. Hal ini akan berdampak besar pada harga pangan dan komoditas global.
Mengingat negara-negara sudah berjuang melawan situasi kenaikan harga yang muncul setelah perang Rusia-Ukraina dan konflik Israel-Hamas.
Keempat, perang Iran-Israel juga dapat merugikan pasar komoditas lainnya, tergantung pada wilayah yang terlibat.
Israel sebagai pemasok teknologi terkemuka bagi sektor pertanian secara global, eskalasi situasi perang apa pun di wilayah tersebut kemungkinan akan mengganggu produksi tanaman dan rantai pasokan.
Akibatnya bisa menyebabkan harga komoditas pertanian lebih tinggi.
Artinya perang ini akan mengancam stabilitas pasar keuangan global.
Pergolakan dalam jangka waktu yang lebih lama akan menyebabkan peningkatan volatilitas pada saham.
Begitu juga dengan mata uang, emas batangan, minyak dan komoditas lainnya.