Pemerintah bakal beri Rp 100 juta per tahun untuk para insinyur muda
Para insinyur muda diharapkan tidak 'menyeberang' ke bidang pekerjaan lain.
Pemerintah berencana memberi insentif bagi para insinyur muda sebesar Rp 100 juta per tahun. Dana ini diharapkan dapat menstimulus para insinyur dapat meningkatkan minat dan terus berkarir di bidang teknik.
Anggota Dewan Pakar Persatuan Insinyur Indonesia Djoko Santoso mengatakan aturan insentif tersebut saat ini masih dikaji pemerintah. Dia berharap pada tahun depan aturan tersebut sudah bisa diterapkan.
"Kami sangat mengapresiasi hal ini, karena dapat menjadi perangsang bagi para insinyur muda untuk sungguh-sungguh menekuni dan berkarier di bidang engineering," ujar dia di Jakarta, Minggu (24/8).
Sementara itu, Ketua Umum PII Bobby Gafur Umar mengatakan kebijakan pemerintah tersebut sebagai sebuah terobosan yang sangat jitu untuk meningkatkan minat dan ketertarikan para insinyur muda agar tidak 'menyeberang' ke bidang pekerjaan lain.
PII terus mendorong pemerintah untuk dikeluarkannya aturan tentang pemberian insentif bagi para insinyur muda tersebut. Menurut Bobby, kriteria rinci tentang para insinyur muda yang berhak menerima insentif tersebut, saat ini sedang dikaji.
"Tapi secara umum dapat kami katakan bahwa penerima insentif ini nantinya adalah para lulusan baru perguruan tinggi di bidang teknik yang memang mampu membuktikan diri bekerja serta memiliki tugas utama dalam bidang keteknikan. Misalnya, mendesain gambar teknik, merancang mesin, dan sebagainya. Tentu, bidang pekerjaan mereka juga harus sesuai, misalnya di bidang infrastruktur, industri, atau sejenisnya," kata dia.
Bobby mengakui banyak sarjana teknik yang tidak berminat untuk mengembangkan ilmu teknisnya. Hal tersebut telihat dari 45 persen sarjana teknik yang bekerja di bidang ilmunya tersebut. Kondisi demikian, menurut dia, lebih terkait dengan ketersediaan lapangan kerja serta persaingan paket remunerasi yang ditawarkan oleh bidang selain keteknikan.
"Mereka lebih memilih berkarier dan bekerja di bidang yang tidak berhubungan dengan keteknikan karena tawaran renumerasinya lebih tinggi," jelas dia.
Berdasarkan data PII, pemerintah butuh 250.000 insinyur dalam lima tahun ke depan, sementara perkiraan lulusan baru hanya mampu mencapai sekitar setengahnya. Artinya, ada sekitar 120.000 posisi insinyur yang tidak dapat diisi kecuali mendatangkan insinyur 'impor'.
"Situasi inilah yang dikhawatirkan PII. Ketimpangan jumlah insinyur yang terjadi saat ini tidak dapat diatasi hanya dengan cara-cara biasa. Perlu dicarikan terobosan yang berani dan tepat sasaran. Karenanya, inisiatif pemerintah kali ini sungguh kami apresiasi," pungkas dia.