Pemerintah cuek petani alih profesi jadi penambang batu akik
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah keluarga petani di Indonesia berkurang hingga 5 juta.
Fenomena batu mulia atau biasa disebut batu akik semakin moncer belakangan ini. Harga jual yang tinggi menarik perhatian masyarakat untuk ikut menekuni bisnis ini.
Banyak petani berbondong-bondong beralih profesi jadi penambang atau pedagang batu akik dibanding mengurus ratusan hektar sawah. Alasannya, berjualan batu akik lebih mendatangkan keuntungan besar dibanding menjadi petani.
-
Kapan Pasar Batu Akik Tepecik aktif? Pasar Batu Akik Tepecik ini merupakan pusat perdagangan obsidian, sejenis batu akik, dan produk pertanian. Obsidian digunakan dalam pembuatan perkakas dan senjata.
-
Apa yang ditemukan di Pasar Batu Akik Tepecik? Pasar Batu Akik Tepecik ini merupakan pusat perdagangan obsidian, sejenis batu akik, dan produk pertanian. Obsidian digunakan dalam pembuatan perkakas dan senjata.
-
Siapa yang dikaitkan dengan keberadaan Batu Batikam? Situs ini menjadi bukti mengenai kehadiran tokoh Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan dalam sejarah Minangkabau sebagai pendiri dari dua keselarasan yaitu Bodi Caniago dan Koto Piliang.
-
Dimana lokasi Situs Batu Panjang? Terletak persis di Dusun Cimara, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, situs batu panjang merupakan peninggalan masa megalitikum yang masih tersisa.
-
Dimana lokasi Batu Batikam berada? Apabila penasaran dengan batu ini, anda bisa datang ke tempat ini yang letaknya berada di Jorong Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum, Kecamatan Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatra Barat.
-
Apa arti dari nama Batu Batikam? Melansir dari beberapa sumber, Batu Batikam jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia artinya batu yang tertusuk.
Fenomena ini dikhawatirkan mengganggu target swasembada pangan nasional. Namun Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil tidak mempersoalkan banyaknya petani alih profesi jadi penambang dan penjual batu akik.
"Ya kalau batu akik bisa bikin duit lebih banyak kenapa tidak? Nanti (sawahnya) diberesin lagi," kata Sofyan di Jakarta, Selasa (17/2).
Penurunan jumlah petani tidak hanya terjadi di saat heboh batu akik. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah keluarga petani di Indonesia berkurang hingga 5 juta. Dia melihat fenomena ini wajar terjadi.
Namun agar penurunan jumlah keluarga petani tidak semakin drastis, pemerintah tengah mengupayakan memberi insentif. Tujuannya agar para petani tetap mau bekerja di sawah.
"Penurunan jumlah keluarga petani. Maka pemerintah berikan insentif dengan memberikan alat produksi pertanian. Itu (penurunan keluarga petani) tren yang umum di mana-mana," terangnya.
Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Edy mengatakan, penurunan produksi ini disebabkan petani memilih meninggalkan lahan untuk sementara waktu karena harga jenis karet mentah bongkahan berkisar Rp4.000 hingga Rp 5.000 per kg.
"Lahan dibiarkan begitu saja karena jika disadap uang dari getah sangat sedikit, rasanya tidak sebanding," kata Alex.
Dia menambahkan, meski harga sudah berada di titik terendah tapi sebagian besar petani karet Sumsel masih berproduksi lantaran tidak memiliki alternatif lain. Namun, karena impitan ekonomi ini, sejumlah petani juga banyak memutuskan beralih profesi dengan menjadi buruh dan pedagang batu akik.
"Bisa jadi, sejumlah petani karet ada yang beralih menjadi pedagang batu akik karena sedang marak saat ini dan sangat menjanjikan keuntungan," ungkapnya.
(mdk/noe)