Pengubahan raskin menjadi uang elektronik dilakukan tahun depan
Penggantian ini dilakukan karena pemberian raskin kerap tidak tepat sasaran.
Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyebut butuh satu tahun untuk menggantikan pemberian beras miskin (Raskin) menjadi uang elektronik atau e-money. Penggantian ini dilakukan karena pemberian raskin kerap tidak tepat sasaran.
"Apakah itu bisa diganti dengan uang langsung, dengan kompensasi dana subsidi BBM, paling cepat tahun depan," kata Sofyan di Kantornya, Jakarta, Rabu (14/1).
Lanjut Sofyan, perubahan bentuk pemberian subsidi langsung ini juga nantinya akan dievaluasi dalam enam bulan ke depan paska pemberian raskin dimulai pada bulan ini.
"Monitoring dilakukan Kemensos, kita perbaiki selama 6 bulan," tutupnya singkat.
Sebelumnya, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa memberi sinyal akan mengubah edaran beras miskin (raskin) menjadi e-money. Pasalnya saat ini ada kekhawatiran beras yang diberi pemerintah tidak menyentuh langsung yang membutuhkan.
"Khawatirnya yang terima tidak ibunya jadi ini tidak menyentuh tapi kita evaluasi ganti e-money," ucap Khofifah di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Penggantian raskin menjadi e-money akan dievaluasi dalam 3 bulan ini. Untuk Januari, Februari dan Maret pemerintah masih akan menyalurkan dalam bentuk beras.
"Pokoknya perlindungan tidak akan dikurangi, tetap akan dijaga negara, apakah beras ataukah e-money kita evaluasi. Tetap posisi perlindungan sosial. Tidak akan dihilangkan," tegasnya.
Untuk tahun ini, pemerintah menganggarkan Rp 18,8 triliun untuk subsidi beras miskin. Dana masih berada di Kementerian Keuangan dan Khofifah siap membantu menyalurkan agar tepat sasaran.
"Seluruh anggaran subsidi pangan di Kemekeu. Bulog menyimpan besar. Total anggaran Rp 18,8 triliun itu subsidi beras," tutupnya.