Pengusaha ritel: Ekonomi sulit tak buat kita kritis tapi tetap sakit
APRINDO meminta pemerintah menghapus pembatasan pembukaan toko ritel di tiap daerah.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Roy Nicholas Mandey, mengaku sektor ritel Indonesia terimbas pelemahan ekonomi. Meski tidak kritis, namun, sektor ritel Indonesia digambarkan Roy sedang dalam kondisi sakit.
"Kita (ritel) tidak dalam situasi kritis tetapi tetap lagi sakit, jadi artinya sakit ini kita ketahui bahwa perlambatan ekonomi belum bangkit, belum kembali lagi, belum recovery lagi bertimbang dengan situasi yang sekarang ini ya," kata Roy di Kantor BPS, Jakarta, Senin (14/9).
Untuk menyiasati kondisi ini, Roy mengatakan, APRINDO berharap pemerintah memberikan kebijakan lanjutan dari paket kebijakan yang sudah dirilis. APRINDO juga mengatakan, paket deregulasi pemerintah perlu ditindaklanjuti dengan aturan yang direvisi ataupun juklak dan juknis yang akan dibuatkan oleh kementerian terkait.
Pertama, menurut Roy, adalah mengenai revisi ulang surat edaran dari kementerian perdagangan yang membatasi pembukaan ritel di wilayah kabupaten atau kotamadya, provinsi yang belum memiliki RDTR (rencana detil tata ruang).
"Nah ini sangat membuat para peritel yang semangatnya adalah mau ekspansi tetapi sekarang ini harus tergerus, harus menahan diri dulu. Karena kita ketahui bahwa dari 520an kotamadya/kabupaten di seluruh provinsi di Indonesia, baru delapan yang punya RDTR dan ini semangatnya ya tentunya namanya pergerakan ekonomi kan tidak boleh ada yang terhambat jadi harus bergerak semua. Nah ini jadi salah satu yang kita harapkan," papar Roy.