Penyebab Supermarket Besar Seperti Giant Bisa Tutup di Indonesia
Beberapa ritel raksasa berjatuhan. Apa penyebabnya
Beberapa ritel-ritel modern di Indonesia berjatuhan. Salah satu ritel besar di Indonesia, PT Hero Supermarket Tbk telah menutup 26 gerai jaringan ritel Giant Supermarket dan melakukan pemutusan kerja terhadap 532 orang sepanjang 2018. Selain PT Hero, PT Modern International Tbk atau 7-Eleven juga telah menutup gerai milik mereka pada 30 Juni 2017.
Lalu apa saja penyebab ritel-ritel raksasa tersebut bisa berjatuhan? Berikut penjelasannya:
-
Apa yang menjadi ciri khas dari perusahaan-perusahaan terbesar di dunia? Kali ini yang menempatkan posisi 10 besar dalam daftar tahun 2023 yakni perusahaan JP Morgan, perusahaan minyak Arab Saudi, dan tiga bank raksasa milik China serta raksasa teknologi seperti Apple dan Alphabet.
-
Apa yang mendorong pertumbuhan pesat industri game di Indonesia? Dengan semakin berkembangnya digitalisasi dan jumlah pemain game yang bertambah, serta dukungan dari ekosistem yang kuat, kedua industri ini diprediksi akan terus tumbuh dengan pesat.
-
Apa yang menjadi bisnis utama Haji Ismail di Indonesia? Seorang pria asal Mali, Afrika, rela jauh-jauh datang ke Indonesia untuk membuka sebuah usaha. Usaha yang dibuatnya adalah sate domba yang sangat khas dan hanya ada di Afrika.
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Mengapa Perseroan Terbatas menjadi jenis bisnis yang populer di Indonesia? Dengan kata lain, PT atau Perseroan Terbatas adalah bentuk badan hukum perusahaan yang paling umum dan populer untuk digunakan oleh para pengusaha di Indonesia.
-
Apa yang dilakukan Huawei selama berbisnis di Indonesia? Selama lebih dari 23 tahun beroperasi di Indonesia, Huawei telah membangun dengan berbagai pemangku kepentingan, demi mendukung kesuksesan transformasi digital dan tercapainya Visi Indonesia Emas 2045
Kebiasaan Belanja Masyarakat
Kebiasaan belanja masyarakat yang mengalihkan cara belanja tunai menjadi online juga ditengarai menjadi penyebab menurunnya pendapatan industri retail. Sebab masyarakat merasa nyaman memperoleh barang yang diinginkan tanpa harus pergi ke toko retail.
"Tetapi memang dari sebagian dari sektor retail ada sedikit pengalihan. Jadi orang tadinya ada belanja langsung, jadi berubah menjadi online. Ada sebagian bergeser kesana. Ini juga memberi pengaruh. Tapi perlu dilihat juga data pembelian dari online meningkat atau tidak," kata Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee.
Lokasi yang Tidak Tetap
Penutupan beberapa toko ritel besar ini bukan semata dipengaruhi faktor bisnis ritel online atau daring. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, salah satu faktornya seperti lokasi yang tidak tepat, persaingan bisnis, daya beli masyarakat yang lesu, dan lainnya.
"Tapi kalau buka-tutup toko itu sudah sering. Cuma antara lebih banyak buka atau lebih banyak tutup, pasti lebih banyak buka daripada tutup karena lokasi tidak cocok, salah ambil lokasi," kata Tutum Rahanta.
Persaingan Antar Ritel Modern
Persaingan antar ritel juga mempengaruhi tumbangnya bisnis ritel di Indonesia. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjelaskan akhir-akhir ini semakin banyak ritel yang membuka usaha dekat dengan masyarakat dengan penyediaan kebutuhan lengkap.
"Di kita khusus di Indonesia ada fenomena yang namanya Indomart, Alfamart, itu memang mengubah konstalasi. Mesti ada yang tersingkir ya. (Ada persaingan) Ya antar ritel," kata Menteri Darmin.
Penyebab Muncul dari Kondisi Internal Ritel
Tak hanya faktor eksternal, faktor internal perusahaan ritel juga sangat mempengaruhi, seperti beberapa ritel Giant yang mendadak tutup.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta menjelaskan Giant juga pasti telah memiliki pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk menutup sejumlah tokonya.
Namun yang menjadi pertimbangan biasanya lantaran toko tersebut tidak mampu berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan, bahkan hanya menjadi beban bagi keuangan perusahaan.
"Pasti ada faktor-faktor yang diperhitungkan sehingga berani melakukan langkah itu. Karena image-nya kan sangat jelek (dengan menutup toko). Tetapi outlet tersebut sudah tidak bisa dipertahankan lagi, akan menggerogoti perusahaan secara keseluruhan. Tidak hanya Giant, perusahaan mana pun pasti begitu. Jadi dilakukan lah penutupan, apalagi outlet-outlet tersebut sudah tidak bisa memberikan kontribusi atau ke depan tidak menjanjikan lagi," jelas dia.
Pendapatan Ritel Kecil
Sebuah ritel mendapat keuntungan dari pendapatan. Namun jika pendapatan yang didapat berkurang, bisa saja ritel tersebut menjadi bangkrut. Salah satunya kasus ritel Seven Eleven yang ditutup pada Juni 2017.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani menjelaskan tutupnya ritel Seven Eleven (7-Eleven) terjadi karena adanya ketimpangan antara marjin pendapatan dan pengeluaran.
Menurutnya, kecilnya marjin pendapatan dari 7-Eleven dikarenakan gerai yang dikelola PT Modern Sevel Indonesia ini lebih sering dijadikan tempat nongkrong. Sedangkan daya beli masyarakat di gerai ini kecil.
"Kadin lihatnya Sevel (7-Eleven) mungkin bisnis modelnya kurang pas, karena marjin mereka tipis kan, tapi mereka sewa tempat besar, karena banyak dipakai nongkrong, tapi marjinnya tipis," kata Rosan.
(mdk/has)