Perjalanan Low Tuck Kwong Bangun Perusahaan Hingga Jadi Orang Paling Kaya di Indonesia
Low Tuck Kwong memulai bisnisnya di Indonesia pada tahun 1973 ketika dia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI).
Kekayaan Low Tuck Kwong naik hingga 5,81 persen menjadi USD 27,9 miliar atau setara Rp418,9 trilliun.
Perjalanan Low Tuck Kwong Bangun Perusahaan Hingga Jadi Orang Paling Kaya di Indonesia
Kekayaan Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong kini menduduki peringkat teratas orang terkaya Indonesia, mengungguli Hartono bersaudara. Mengutip Forbes Real Time Billionaires, Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya di Indonesia dengan kekayaannya yang naik hingga 5,81 persen menjadi USD 27,9 miliar atau setara Rp418,9 trilliun. Sementara itu, Hartono bersaudara yakni R. Budi Hartono dan Michael Hartono tergeser ke urtuan kedua dan ketiga, dengan kekayaan mereka masing masing menjadi Rp399,2 triliun dan Rp381,2 triliun.
- Empat Perusahaan Besar di Indonesia Mendadak Bangkrut karena Utang
- Low Tuck Kwong, Orang Paling Kaya di Indonesia Punya Harta Lebih Banyak dari Jack Ma
- Low Tuck Kwong, Bos Tambang yang Kini Jadi Orang Paling Kaya di Indonesia
- Geser Hatono Bersaudara, Low Tuck Kwong Kini Jadi Orang Paling Kaya di Indonesia
Low Tuck Kwong dikenal sebagai pendiri Bayan Resources, perusahaan tambang di Indonesia. Dia juga mengendalikan perusahaan di industri energi baru terbarukan di Singapura, Metis Energy yang sebelumnya dikenal Manhattan Resources, dan memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.
Adapun peran lainnya yang dijalani Low Tuck Kwong sebagai pendukung utama SEAX Global untuk membangun sistem kabel bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Dikutip dari laman resmi Bayan Resources, Low Tuck Kwong memulai bisnisnya di Indonesia pada tahun 1973 ketika dia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yakni kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil dan struktur kelautan. Perusahaan itu dengan cepat menjadi pelopor dalam pekerjaan pondasi tiang pancang yang kompleks, dan kontraktor terkemuka di Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an.Pada tahun 1988, JSI memasuki kontrak penambangan batu bara dan merupakan kontraktor tambang terkemuka hingga tahun 1998 ketika Low Tuck Kwong mengakuisisi PT Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasapratama (DPP).
Pada saat GBP belum memulai penambangan dan Terminal Batu bara Balikpapan (di bawah DPP) memiliki kapasitas pengenal 2,5 juta ton per tahun.
Di bawah Low Tuck Kwong, Bayan Group bertransformasi menjadi perusahaan tambang batu bara besar.
Bayan Group dibentuk melalui sejumlah akuisisi strategis di sektor batu bara.
Perusahaan itu mengungkapkan, proyek Tabang/Pakar dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami perkembangan yang signifikan. Dari hanya operasi tambang skala kecil yang memproduksi 1,9 juta ton pada 2014 menjadi sekitar 22,7 ton di tahun 2018.
Hal itu menempatkan perusahaan di posisi 5 besar produsen batu bara Indonesia. Selain itu, pertumbuhan juga diramal meningkat dari tahun ke tahun dengan target untuk proyek tersebut menjadi produksi 50 juta ton per tahun.
Bayan Group juga memiliki infrastruktur batu bara dengan kepemilikan di Terminal Batu Bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana dan dua Floating Transfer Barges (KFT). Dengan fasilitas tersebut, perusahaan membongkar hingga memasukkan muatan ke kapal dengan kecepatan 3.000-8.000 ton per jam. Perusahaan itu juga mengatakan akan terus berinvestasi untuk memperluas fasilitas jika diperlukan.