Pertarungan salmon dan kakap kuasai pasar ikan dunia
Butuh puluhan tahun bagi ikan kakap guna menembus pasar Eropa dan Amerika.
Pengusaha mengungkapkan sulitnya produk perikanan Indonesia diterima penduduk dunia. Produk perikanan Indonesia butuh waktu cukup lama menembus pasar Eropa dan Amerika.
Chief Executive Officer (CEO) Kelola Mina Laut (KML) Mohammad Nadjikh mengatakan butuh puluhan tahun guna menembus pasar Eropa dan Amerika. Pasalnya, penduduk di kedua benua tersebut sudah terbiasa mengonsumsi makanan laut yang berasal dari daerah subtropis.
Saat ini, total sudah 80 negara dari berbagai benua telah disusupi produk KML. "Bagaimana orang sana bisa suka, itu pekerjaan yang sulit. Kita meyakinkan mereka supaya mereka tergantung sama produk kita. Mereka punya salmon, kita punya kakap yang di negara manapun nggak punya," ujar Nadjikh dalam acara Indonesia Brand Forum di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Rabu (20/5).
Nadjikh menceritakan, pada awalnya, dia memperkenalkan produk ikan teri ke mancanegara. Setelah itu barulah kemudian dia mengembangkan usahanya dengan memperkenalkan produk perikanan dalam negeri satu per satu ke pasar asing.
"Tapi kita bisa. (Produk ikan teri) Sampai ke Jepang malah. Market sharenya hingga 55 persen. Kemudian masuk kelas kakap. Ya itu tadi, kemudian saya mengenalkan ikan kakap ke Eropa dan Amerika, supaya mereka bisa senang ikan tropis," tuturnya.
Selain itu, Nadjikh juga melempar produk bakso ikan ke luar negeri. Di mana notabenennya pasar dunia hanya mengenal satu jenis produk yaitu bakso daging sapi.
"Kita enggak punya sapi. Pada akhirnya kita kelola ikan supaya jadi bakso. Dan alhamdulilah sekarang sudah dikenal sampai Amerika. Makanan-makanan Jepang yang sekarang ada di Indonesia, itu memakai produk dari anak perusahaan kami. Jadi kami cukup bangga lah," tandasnya.