Pesona TN Alas Purwo: Saat keindahan alam, mitos & mistis jadi satu
Pesona TN Alas Purwo: Saat keindahan alam, mitos & mistis jadi satu. Para lelaku ilmu dari pelbagai daerah ini belum merasa mencapai puncak ilmunya, jika belum bertapa di Alas Purwo, yang disebut-sebut menyimpan keris pusaka Sumelang Gandring. Alas Purwo juga menyimpan mitos: Dilarang menoleh ke belakang.
UNESCO, organisasi pendidikan, keilmuan dan budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan Taman Nasional (TN) Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur sebagai cagar biosfer dunia. Selain berfungsi hutan lindung, hutan karst di Kecamatan Tegaldlimo ini menyimpan keindahan alam luar biasa serta cerita mistis lengkap dengan mitosnya.
Hutan seluas 43.423 hektar di ujung timur Pulau Jawa sisi Pantai Selatan ini, memiliki tiga fungsi pokok, yaitu pelindung proses ekologis sistem penyangga kehidupan, sebagai pengawetan aneka ragam tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, penunjang budidaya, dan pariwisata alam.
Alas Purwo merupakan kawasan hutan lindung dengan pelbagai tipe ekosistem tergolong utuh. Mulai dari hutan pantai sampai hutan hujan dataran rendah, hutan mangrove, hutan bambu dengan 13 jenis pohon, savana serta hutan tanaman dengan 580 jenis tumbuhan seperti rumput, herba, semak, liana, pohon jati dan sawo kecik.
Untuk fauna, ada 50 jenis mamalia, seperti banteng (bos javanicus), rusa (cervus timorensis), ajag (cuon alpinus), babi hutan (sus scrofa), kijang (muntiacus muntjak), macan tutul (panthera pardus), lutung (tracypithecus auratus), monyet ekor panjang (macaca fascicularis) jelarang (ratufa bicolor).
-
Apa saja tempat wisata yang hits dan terbaru di Banyuwangi? Merdeka.com merangkum informasi tentang wisata di Banyuwangi yang hits dan terbaru, sangat cocok untuk memanjakan mata di akhir pekan.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Apa yang dimaksud dengan santet Banyuwangi? Santet Banyuwangi punya sejarah panjang sejak zaman kerajaan. Banyuwangi dikenal dengan julukan kota santet. Kini santet sering hanya dipahami sebagai sesuatu yang buruk, padahal tidak demikian.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Dimana letak Taman Sritanjung yang menjadi tempat rekreasi warga Banyuwangi? Taman ini terletak di sebelah timur Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi.
-
Kenapa Banyuwangi mengembangkan konsep sport tourism? Secara terpisah, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengungkapkan bahwa konsep sport tourism akan terus dikembangkan di Banyuwangi. Menurutnya, pasca pandemi Covid-19 masyarakat semakin terbiasa dengan gaya hidup sehat (healthy lifestyle). “Inilah yang coba kita tangkap. Makanya tahun ini kita banyak menggelar ajang sport tourism untuk menarik wisatawan hadir ke Banyuwangi, salah satunya Banyuwangi Night Run ini".
Kemudian rase (vivericula indica), linsang (prionodon linsang), luwak (paradoxurus hermaprhoditus), garangan (herpestes javanicus), kucing hutan (felis bengalensis), dan burung merak. Selain reptil, ada juga jenis aves dan herpetofauna (reptil dan amfibi) seperti jenis penyu dan lain sebagainya.
"Bagi wisatawan yang ingin menikmati banteng, merak dan rusa, bisa mengunjungi Sadengan. Disarankan datang pagi atau sore. Karena di jam-jam tersebut, hewan-hewan ini keluar mencari makan," terang Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Banyuwangi, Aikano Hariyono kepada merdeka.com beberapa hari lalu.
Masih kata Aikano, jika di Jawa Barat ada Ujung Kulon, tempat banteng-banteng berkumpul, Banyuwangi punya Sadengan, yang berada di kawasan Alas Purwo. "Ada banyak banteng di Sadengan. Banteng di Sadengan juga unik. Bantengnya berciri pantat dan kakinya berwarna putih," katanya.
Selain flora dan fauna, hutan ini juga dikelilingi pantai-pantai indah seperti Pantai Mangrove Blok Bedul, Pantai Ngagelan yang menjadi lokasi penangkaran penyu. Kemudian Pantai Pancur yang unik: terdapat air mancur leluar menembus batu cadas, serta menjadi tempat ritual para spiritualis.
Bagi yang suka surfing, bisa berwisata di Pantai Plengkung dengan gulungan ombak yang memikat. Ada juga Pantai Triangulasi, yang biasa dijadikan lokasi Rukyatul Hilal untuk menentukan kalender Hijriyah bagi warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin).
"Biasanya, turis-turis asing senang ke Alas Purwo lewat Bedul. Mereka naik perahu menyisir sungai di Segoro Anakan, sambil melihat hutan mangrovenya. Kemudian, di muara Segoro Anakan, yaitu di Sungai Kerih, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, para turis berhenti makan-makan di atas perahu. Setelah itu mereka melanjutkan masuk ke Alas Purwo dengan jalan kaki," tutur Aikano.
Namun, di balik keindahan alam luar biasa itu, Alas Purwo juga menyimpan mitos: Dilarang menoleh ke belakang. Jika dilanggar, jangan harap bisa kembali pulang. Mitos lain, jika tak ingin jadi penghuni tetap bersama mahkluk gaib, dilarang bicara atau ingin aneh-aneh.
"Cukup ingin tahu Alas Purwo saja. Sebab, tak jarang ada orang masuk berempat, pulang tinggal tiga. Biasanya si orang yang hilang ini ingin aneh-aneh di Alas Purwo," cerita Tutus, warga Banyuwangi.
"Kemudian di Pantai Pancur. Ada mitos, jika minum atau mandi air yang keluar menembus batu cadas di tepi pantai, diyakini bisa awet muda. Di Pantai ini, juga kerap dijadikan meditasi," lanjut Tutus, yang mengaku pernah hampir mendapat batu merah delima di Goa Istana. Tapi karena tergoda temannya, batu bertuah itu lenyap dari tangan.
Goa Istana Alas Purwo ©2016 merdeka.com/moch andriansyah
Di Alas Purwo, oleh masyarakat sekitar juga diyakini sebagai tempat persinggahan terakhir rakyat Blambangan, kerajaan Hindu terakhir setelah Majapahit runtuh dari serbuan Mataram. Alas Purwo juga diyakini sebagai istananya para lelembut. Gerbang masuknya adalah Pantai Boom di Kecamatan Banyuwangi Kota.
Hutan yang menjadi salah satu lokasi segitiga berlian kabupaten berjuluk the Sunrise of Java ini, juga menjadi tempat meditasi memperdalam olah batin. Dulu, seorang resi bernama Markandya, bersemedi di Alas Purwo mencari obat bagi warga Bali yang terkana wabah penyakit. Lokasi pertapaan itu di sekitar pintu masuk Rowobendo, dan dikenal sebagai Situs Kawitan. Oleh masyarakat sekitar, disebut bongkah batu misterius dan memiliki lorong gaib.
Hingga saat ini, hutan terangker di Tanah Jawa ini masih disambangi para spiritualis. Mereka kerap bermeditasi di Goa Istana, Goa Padepokan, dan beberapa goa-goa lainnya. Para lelaku ilmu dari pelbagai daerah ini belum merasa mencapai puncak ilmunya, jika belum bertapa di Alas Purwo, yang disebut-sebut menyimpan keris pusaka Sumelang Gandring.
Sekadar informasi, pada zaman pendudukan Belanda, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor: 6 stbl 456 tertanggal 1 September 1939, Alas Purwo yang dalam Bahas Indonesia adalah hutan tertua di Tanah Jawa ini berstatus Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan dengan luas 62.000 hektar.
Pada 1992, status Alas Purwo diubah menjadi taman nasional sesuai Keputusan Menteri Kehutanan, dengan luas lahan 43.420 hektar. Dan di 2016 ini, TN Alas Purwo dinobatkan sebagai Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO.
Baca juga:
Penyu bertelur di Sukomade jadi buruan kamera turis asing
Goa Istana Alas Purwo, tempat wisata para spritualis
Usai ditangkap, Anggota DPRD sempat diperiksa KPK di Polres Kebumen
Anggota DPRD Kabupaten Kebumen diciduk KPK adalah kader PAN
Jumlah penumpang melonjak, penerbangan ke Banyuwangi diperbanyak
Jokowi sebut Kayong Utara punya potensi wisata pantai, harus ditata
Menko Luhut evaluasi kebijakan bebas visa pada ratusan negara