Polemik LFP di Debat sampai Gibran Sindir Tom Lembong, Elon Musk Ungkap Faktanya
LFP dipilih karena biayanya lebih murah ketimbang nikel
LFP dipilih karena biayanya lebih murah ketimbang nikel
- Bela Tom Lembong, Timnas AMIN Jawab Kritik Luhut dan Bahlil soal Contekan Pidato Jokowi hingga LFP
- Luhut Bantah Tom Lembong soal Tesla Pilih Gunakan Baterai LFP Dibanding Nikel, Simak Penjelasannya
- Bahlil Akui Tesla Pakai LFP, Tapi Nikel Tetap yang Terbaik
- Luhut Beberkan Keunggulan Nikel Ketimbang LFP yang Ditanyakan Gibran ke Cak Imin Saat Debat Cawapres 2024
Polemik LFP di Debat sampai Gibran Sindir Tom Lembong, Elon Musk Ungkap Faktanya
CEO Tesla Inc, Elon Musk mengatakan, Tesla akan menggunakan baterai lithium ferro phosphate (LFP) untuk segmen kendaraan listrik kecil berbiaya rendah.
LFP dipilih karena biayanya lebih murah dibandingkan harga baterai untuk mobil kendaraan sejenis.
Bahkan, Elon Musk secara khusus meminta pemasok asal China untuk membangun pabrik baterai LFP di Amerika Serikat (AS).
Meskipun, rencana ini merupakan sebuah tantangan yang cukup besar akibat ketegangan politik AS-China.
"Tesla mengatakan pihaknya berencana untuk memperluas penggunaan baterai berbahan besi yang lebih murah ke versi truk listrik semi berat dan kendaraan listrik yang terjangkau," tulis laman Automotive News Europe, dikutip Rabu (24/1).
Elon Musk mengatakan, Tesla akan menggunakan baterai LFP yang lebih murah pada kendaraan listrik kecil berbiaya rendah. Antara lain untuk kendaraan versi truk semi, Model 3, dan Model Y.
"Produsen mobil tersebut mengatakan kendaraan listrik kecil yang diusulkannya akan menggunakan baterai LFP berkapasitas 53 kilowatt-jam, dibandingkan 75 kWh untuk Model Y dan Model 3," ungkap Musk.
Padahal, saat ini, Tesla menggunakan baterai berbahan nikel untuk sebagian besar kendaraan. Termasuk jenis Model 3 dan Model Y yang sudah dijual di Amerika Serikat.
Musk dan para pendukung LFP lainnya menyebut, sel LFP juga cenderung menimbulkan risiko kebakaran yang lebih kecil dibandingkan sel berbasis nikel.
Namun dibandingkan nikel, LFP lebih besar dan lebih berat. Umumnya memiliki energi yang lebih sedikit. Sehingga memberikan jangkauan yang lebih pendek.
Tesla saat ini mendapatkan baterai LFP dari China's Contemporary Amperex Technology (CATL), yang tidak memiliki pabrik di Amerika Serikat.
Namun pemasok Tesla di Korea Selatan, LG Energy Solution, mengatakan pihaknya berencana membuat baterai LFP di pabrik yang diusulkannya di Arizona.
Sebelumnya, LFP sempat jadi perdebatan di debat cawapres antara Gibran Rakabuming Raka dan Muhaimin Iskandar.
Gibran menilai, kubu Anies-Cak Imin seperti anti nikel karena menggaungkan LFP terus menerus.
"Paslon nomor 1 dan timsesnya sering gaungkan LFP, Lithium Ferro Phosphate. Saya enggak tahu ini pasangan nomor 1 ini anti-nikel apa gimana?” kata Gibran, di Debat Cawapres Pilpres 2024, Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1).
Co Captain Timnas AMIN Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong menyebut Lithium Ferrophosphate (LFP) sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik ketimbang nikel.
Bahkan, Tom Lembong menyebut, pabrikan kendaraan listrik dunia mulai beralih ke baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) ketimbang nikel.
Padahal, Indonesia digadang-gadang bisa ikut terlibat dalam rantai industri kendaraan listrik dunia. Sebab, Indonesia memiliki kekayaan berupa nikel.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan menilai, Indonesia sebenarnya punya potensi untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik berbasis nikel dan LFP di industri hilir.
"Sebenarnya dua-duanya tetap berlaku. Kita punya potensi. Bagi kami sebenarnya potensi untuk mengembangkan itu untuk downstreamnya masih terbuka," ujar Nurul di Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD, Selasa (23/1).
Terkait potensi Indonesia mengembangkan LFP, Nurul mengakui negara tidak punya modal bahan baku yang cukup memadai.
Meskipun begitu, Indonesia bisa menarik investasi untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Sehingga pemerintah pemerintah membuka pasar sehingga bisa menjadi daya tarik bagi investor.
Nurul pun tidak mempermasalahkan klaim bahwa pabrikan kendaraan listrik sekarang banyak beralih ke LFP, seperti diutarakan Co Captain Timnas AMIN, Thomas Lembong. Namun, itu belum tentu akan terus berlaku ke depan.
"Potensi pengembangan industri kendaraan listrik yang menggunakan LFP dan NMC (Nickel Manganese Cobalt Oxide) masih punya kemungkinan. Saya lihat 2040 atau 2035 masih bisa tumbuh dua-duanya," sambungnya.