Populasi Warga Jepang Turun Drastis: Pendapatan Hilang karena Punya Anak
Mengutip cabinet office Jepang, kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Jepang, namun hampir seluruh negara industri mengalami tren penurunan populasi. Hanya saja penurunan populasi di Jepang sangat cepat dari perkiraan.
Jepang mengalami masalah serius dalam hal fertilitas. Tingkat kelahiran di Jepang bahkan di bawah 2,07. Angka ini merupakan tren kelahiran paling drastis dalam sejarah Jepang sejak tahun 2002.
Mengutip cabinet office Jepang, kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Jepang, namun hampir seluruh negara industri mengalami tren penurunan populasi. Hanya saja penurunan populasi di Jepang sangat cepat dari perkiraan.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Bagaimana cara mencegah penyakit Japanese Encephalitis? Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit ini, terutama di daerah endemis.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Mengapa penyakit Japanese Encephalitis disebut berbahaya? Penyakit ini bisa menyebabkan radang otak yang berakibat fatal, bahkan kematian.
-
Kenapa contoh pidato bahasa Jawa ini bisa viral? Lantas bagaimana contoh pidato Bahasa Jawa dengan berbagai tema dan topik yang bisa nenjadi referensi? Melansir dari berbagai sumber, 5/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
Cabinet office Jepang dalam situsnya menyampaikan pemicu rendahnya angka kelahiran di sana;
1. Kecenderungan wanita dan pria Jepang untuk menunda menikah, tidak menikah, dan menunda memiliki anak.
Cabinet Office Jepang menjelaskan dalam situsnya, pada tahun 1980 persentase pria Jepang tidak menikah yaitu 28,5 persen dan wanita 20,9 persen. Kemudian, angka ini meningkat di tahun 2000 menjadi 31,8 persen untuk pria dan 23,7 persen untuk wanita.
Sepanjang periode 1980-2000 penduduk Jepang yang tidak menikah berada di usia 25-29 tahun.
Sementara di tahun 1980 rerata usia penduduk Jepang yang pertama kali menikah yaitu 27 tahun untuk pria dan 25 untuk wanita. Tren terus bergerak, di tahun 2002 penduduk Jepang yang pertama kali menikah yaitu 29 tahun untuk pria, dan 27 untuk wanita.
Selaras dengan dua tren tersebut, pasangan telah menikah dan memutuskan untuk menunda memiliki anak terus mengalami kenaikan.
2. Biaya Tinggi Memiliki Anak
Penduduk Jepang, dan orientasi negara industri, sangat kental dengan kalkulasi ekonomi. Hal ini pun menjadi pemicu penduduk enggan memiliki anak setelah menikah.
Penduduk Jepang memiliki anggapan bahwa pendapatan mereka akan hilang hanya karena melahirkan anak.
Ditambah lagi, jika memiliki anak orang tua wajib mengalokasikan biaya pendidikan sang anak. Sehingga, total biaya konsumsi akan meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
Sebab, biaya menyekolahkan anak ke sekolah menengah pertama dan atas swasta mencapai lebih dari 1 juta yen per tahun dan untuk menyekolahkan anak ke universitas swasta menghabiskan lebih dari 2 juta yen per tahun.
(mdk/idr)