Prajogo Pangestu, Dulunya Sopir Angkot Kini Jadi Orang Kaya ke-5 di Indonesia
Ini lah kisah Prajogo Pangestu, salah satu orang terkaya di Indonesia.
Ini lah kisah Prajogo Pangestu, salah satu orang terkaya di Indonesia.
Prajogo Pangestu, Dulunya Sopir Angkot Kini Jadi Orang Kaya ke-5 di Indonesia
Untuk memutus rantai kemiskinan, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh adalah dengan memiliki pola pikir yang benar dan keinginan yang kuat untuk mengubah nasib.
Banyak kisah tokoh sukses asal Indonesia yang ternyata berasal dari keluarga tidak mampu.
Salah satunya adalah Prajogo Pangestu, seorang mantan supir angkot yang kini sukses menjadi orang terkaya ke-5 di Indonesia menurut data terbaru dari Forbes.
- Sosok Orang Indonesia Ini Nyaris Ikut Misi NASA ke Luar Angkasa tapi Batal, Begini Kisahnya
- Pernah Jadi Tukang Kebun Demi Hidupi Keluarga, Pria Ini Sukses Jadi Raja Properti di Indonesia
- Dulu Jualan Ikan Asin dan Karung, Sosok Ini Sekarang Mampu Lahirkan Capres dan Jadi Orang Berpengaruh di Indonesia
- Ternyata, Uang Logam Pertama di Indonesia Sudah Ada Sejak Era Dinasti Syailendra
Melansir akun Youtube Finansialku, Kamis (5/10), Prajogo Pangestu adalah pendiri PT Barito Pacific yang memiliki bisnis utama di bidang produksi petrokimia. Saat ini, Prajogo diketahui memiliki kekayaan bersih senilai USD5,3 miliar atau setara Rp82,7 triliun.
Sebelum sukses seperti saat ini, Prajogo hanyalah anak lulusan SMP. Ayahnya bekerja sebagai penyadap getah karet di Sambas dan hidup dalam kondisi serba tidak berkecukupan. Prajogo kemudian memutuskan merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Namun setibanya di Ibukota, Prajogo tak juga mendapatkan pekerjaan.
Dia akhirnya memilih kembali ke Sambas, kampung halamannya untuk menjadi supir angkut. Singkat cerita, Prajogo tak sengaja bertemu pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun On (Burhan Uray).
Pada saat itu, dia diberi kesempatan untuk bekerja di pabrik milik Burhan yakni PT. Jayanti Group tahun 1969.
Setelah 7 tahun dipercaya dan memiliki kinerja yang baik, Prajogo diamanahi menjadi Manajer Umum Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.
Melansir data dari Forbes, Prajogo akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dan mendirikan Barito Pacific Timber, pada tahun 1993. Kemudian, perusahaannya berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mulai mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 Barito Pacific berhasil mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yakni sebuah perusahaan petrokimia yang juga terdaftar di bursa efek Indonesia.
Prajogo memutuskan untuk menggabungkan kedua perusahaan besar ini pada tahun 2011 menjadi PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. dan menjadikan perusahaannya sebagai produsen petrokimia terbesar di Indonesia.
Tak berhenti sampai disitu, Prajogo juga berhasil bekerja sama dengan Michelin, pabrik ban asal Prancis dan mulai mengembangkan pabrik karet sintetis bernama PT Synthetic Rubber Indonesia, dengan 45 persen kepemilikan saham saat ini dimiliki oleh Prajogo.
Dari kisah hidup Prajogo Pangestu dapat dipahami bahwa mimpi bukan hanya soal keyakinan dan kerja keras.
Mimpi juga tentang keberanian melangkah dan kemampuan mengatur keuangan demi menggapai masa depan yang lebih baik.
Hal ini terbukti lewat keberaniannya untuk meninggalkan posisi sebagai manajer umum dan memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri menggunakan uang tabungannya.
Jika saat itu Prajogo tak memiliki keberanian, PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk. tak akan menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia.