Program listrik 47 daerah terpencil rawan jadi proyek pencitraan
Fabby mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan kualitas dari listrik proyek tersebut.
Direktur Institute for Essential Service Reform Fabby Tumiwa berharap program pemerintah untuk menerangi 47 wilayah terpencil, daerah perbatasan serta pulau terluar yang ditargetkan rampung pada bulan Agustus tahun ini jangan hanya pencitraan belaka. Fabby mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan kualitas dari listrik proyek tersebut mengingat program ini dikerjakan secara kilat.
"Jangan sampai pas peresmian nanti (20 Agustus 2015) nyala. Tapi misal setelah tiga hari malah padam dan malah enggak nyala-nyala lagi. Sehingga masyarakat di sana merasa kita hanya dimanfaatkan untuk pencitraan. Karena ini prosesnya kilat saya mengkhawatirkan kualitasnya," ujar Fabby dalam diskusi Energi Kita yang digelar merdeka.com, RRI, IJTI, IKN, DML dan Sewatama di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (9/8).
"Tantangan selanjutnya adalah kehandalan apakah pembangkitnya bisa berjalan dengan cukup optimal," tambahnya.
Fabby menduga listrik tidak akan 24 jam menerangi ke-47 daerah tersebut. Meski demikian, Fabby tidak mempermasalahkan hal itu asalkan listrik dapat memasuki daerah tersebut setiap hari.
"Saya pikir tidak masalah misal hanya 6-8 jam per hari nyalanya asal tiap hari. Karena yang biasa terjadi di daerah terpencil itu listrik nyala 8 jam setelah itu bisa sampai tiga hari atau malah lebih itu enggak nyala," pungkasnya.