Pulang dari China, Pemerintah Dapat Komitmen Investasi Rp120 Triliun
Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan mobil berbahan bakar metanol.
Dalam kunjungannya ke China, Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Perkasa Roeslani melanjutkan serangkaian pertemuan dengan delapan perusahaan pada tanggal 18 hingga 20 Desember 2024.
Pertemuan yang berlangsung di Hangzhou, Quzhou, dan Beijing ini berhasil menghasilkan total komitmen investasi baru sebesar USD7,46 miliar, yang setara dengan Rp120 triliun.
- Menteri Rosan Bertemu Tiga Perusahaan Raksasa Tiongkok, Singgung Percepatan Investasi Mobil Listrik
- Percepat Investasi Ekosistem Mobil Listrik, Menteri Rosan Temui Sejumlah Perusahaan Raksasa Tiongkok
- Komitmen Investasi Senilai USD10,07 Miliar, Rosan Roeslani Optimis Investasi Tiongkok Terus Meningkat
- Perusahaan China Gelontorkan Investasi Nyaris Rp2 Triliun untuk Bangun Pabrik Motor Listrik di Kendal
Salah satu pertemuan dilakukan di fasilitas produksi Geely Auto Group, yang berkomitmen untuk menjalin kerjasama dalam perakitan mobil listrik dengan perusahaan-perusahaan dari Indonesia.
Geely, yang merupakan pemegang saham dari beberapa merek mobil ternama Eropa seperti Volvo dan Lotus, juga tengah mengembangkan mobil berbahan bakar metanol yang akan dipasarkan ke berbagai negara.
"Kami melihat, di Indonesia potensi pengembangan mobil berbahan bakar metanol sangat besar, karena Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dan kita tahu bahwa metanol itu salah satunya dari sawit," ujar Rosan pada Senin (23/12).
Pertemuan selanjutnya dilakukan dengan Zhenshi Holding Group Co Ltd, yang telah berinvestasi dalam beberapa proyek smelter nikel di Maluku Utara dan Morowali, Sulawesi Tengah.
Anak perusahaan Zhenshi, Jushi Group, merupakan salah satu produsen fiberglass terbesar di dunia. Jushi Group berencana untuk melakukan investasi baru sebesar USD1 miliar pada tahap pertama di sektor industri fiberglass, yang diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 4.500 orang.
"Saya mendengar pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto berencana membangun 15 juta rumah dalam waktu lima tahun. Kami melihat ini sebagai peluang yang baik bagi kami, karena fiberglass bisa menjadi alternatif untuk atap rumah," ungkap Zhang Yuqiang, Chairman of the Board Zhenshi Holding Group Co Ltd.
Dukung rencana investasi yang ada
Rosan memberikan dukungan terhadap rencana investasi perusahaan di bidang fiberglass serta sektor-sektor lainnya.
"Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo memiliki empat program prioritas di antaranya hilirisasi, ketahanan pangan, dan ketahanan energi. Tentunya, kami menyambut baik jika Zhenshi Group juga memiliki minat investasi di sektor pertanian dan energi."
Setelah itu, Rosan melakukan pertemuan dengan Wankai New Materials, yang merupakan bagian dari Zhink Group, untuk membahas potensi investasi di sektor industri turunan petrokimia.
Rencana investasi ini diperkirakan mencapai total USD 1 miliar dan akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Zhink Group dikenal sebagai produsen PET (Polietilena Tereftalat) terbesar ketiga di China dan kelima di dunia.
"Untuk Indonesia, kami berencana berinvestasi di Cilegon dengan menggandeng perusahaan global lainnya. Masuknya investasi kami akan membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada impor untuk memenuhi kebutuhan PET di dalam negeri," ungkap Shen Zhigang, Chairman of Wankai New Materials.
Selanjutnya, agenda Rosan berlanjut dengan Hongshi Holding Group, yang memiliki rencana untuk mengembangkan kawasan industri yang akan memproduksi silikon, polisilikon (bahan baku panel surya), serta baterai dan komponennya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2 gigawatt.
Investasi baru ini diperkirakan mencapai USD 5 miliar dan akan dilaksanakan secara bertahap.
"Indonesia memiliki potensi investasi yang luar biasa di sektor energi terbarukan dengan total lebih dari 3.700 gigawatt, di mana 3.000 gigawatt di antaranya berasal dari energi matahari. Kami mengajak investor global untuk berpartisipasi dalam sektor energi terbarukan," jelas Rosan.
Melihat sarana produksi
Rosan juga mendapatkan kesempatan untuk meninjau fasilitas produksi dalam rantai pasok industri baterai yang terintegrasi milik Huayou Holding Group.
Investasi Huayou di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan total 15 proyek yang melibatkan sekitar 20.000 tenaga kerja.
Selain itu, Huayou menjalin kerjasama dengan beberapa mitra lokal seperti Antam, MIND ID, Merdeka Battery Materials, dan Vale Indonesia.
Saat ini, proyek Huayou tersebar di tiga lokasi utama, yaitu Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), dan Indonesia Pomalaa Industry Park (IPIP).
Ke depannya, pengembangan juga direncanakan di Sorowako dan Buli. Total investasi Huayou di Indonesia telah mencapai USD 6,3 miliar, dan mereka telah berhasil mengintegrasikan proses pertambangan smelter (HPAL, RKEF), pemurnian (refinery), dan prekursor.
Diskusi berlanjut dengan membahas pusat riset dan pengembangan (R&D), di mana secara global, tim R&D Huayou terdiri dari 5.200 orang. Investasi untuk pengembangan produk mencapai 8 persen dari total pendapatan.
"Kami meminta Huayou untuk membangun pusat R&D di Indonesia, dan tadi saat diskusi Huayou setuju untuk melakukannya. Tentunya ini didukung pemerintah dan dapat diberikan insentif pengurangan pajak sebesar 300 persen berupa Super Tax Deduction," papar Rosan.