Rupiah bergerak satgan di level Rp 14.400-an per USD
Rupiah dibuka di level Rp 14.441 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.442 per USD. Rupiah sempat melemah tipis usai pembukaan, namun kembali menguat di level Rp 14.435 per USD. Dan saat ini Rupiah berada di level Rp 14.438 per USD.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak stagnan di level Rp 14.400-an per USD, Rabu (8/8). Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.441 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.442 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah sempat melemah tipis usai pembukaan, namun kembali menguat di level Rp 14.435 per USD. Kemudian melemah kembali ke level Rp 14.447 per USD dan saat ini Rupiah berada di level Rp 14.438 per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) belum efektif mendongkrak kembali Rupiah yang melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Indef, Enny Sri Hartati menyebutkan penyebab Rupiah melemah bukan dari sektor moneter melainkan dari sektor riil. Sehingga langkah menaikkan suku bunga acuan bukan merupakan jurus utama mengembalikan posisi Rupiah yang tengah terdepresiasi.
"Kalau kita lihat tekanan neraca perdagangan 6 bulan ini 4 bulan defisit, 2 bulan surplus. Sampai Juni masih defisit 1,1 miliar dolar AS, itu yang menjadi problem utama. Kenaikan suku bunga 50 bps sekalipun enggak nendang untuk mengerem depresiasi Rupiah," kata Enny dalam diskusi di Jakarta, Selasa (7/8).
Enny menjelaskan, Rupiah juga melemah bukan karena Dolar yang menguat seperti yang selama ini selalu digadang-gadang oleh pemerintah dan BI. "Karena secara logika, kalau semua negara ini Dolar menguat di mana-mana, terus Amerika mau dagang sama siapa? Enggak mungkin juga gitu kan," ujarnya.
Baca juga:
Indef sebut kenaikan suku bunga BI tak ampuh dongkrak Rupiah, ini sebabnya
Sektor perdagangan RI diprediksi terus tertekan hingga akhir 2018
KSSK fokus jaga stabilitas nilai tukar Rupiah
Nilai tukar Rupiah masih betah di level Rp 14.400 per USD
5 Fakta di balik rencana penerimaan devisa hasil ekspor Presiden Jokowi
Jaga Rupiah, Sri Mulyani pastikan devisa hasil ekspor dibawa ke dalam negeri