ekonRupiah Diprediksi Masih Tertekan di 2020, Ini Faktor Pemicunya
Faktor eksternal kebijakan suku bunga The Fed serta perang dagang AS dan China akan tetap berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di 2020.
Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah memperkirakan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah masih belum mereda sebagai dampak dari kondisi ekonomi global yang belum membaik. Selain imbas dari normalisasi kebijakan moneter The Fed, pelemahan Rupiah juga dipicu perang dagang antara China dan AS yang kemudian menjadi perang mata uang (currency war).
"Kondisi ini melemahkan nilai tukar Rupiah. Makanya proyeksi nilai tukar dalam RAPBN 2020 diusulkan pada angka Rp14.400 per USD, sangat rasionable," ujar Said di Jakarta, Senin (19/8).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Saat menyampaikan Keterangan Pemerintah Atas RUU tentang APBN 2020 beserta Nota Keuangannya, Pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi pada 2020 mendatang berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat.
Adapun nilai tukar Rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per USD. Said menilai, pemerintah moderat mematok kurs rupiah di RAPBN 2020. Hal ini menunjukkan Rupiah masih akan mengalami tekanan pada tahun 2020. Faktor eksternal kebijakan suku bunga The Fed serta perang dagang AS dan China akan tetap berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di 2020.
"Masih rentannya fundamental ekonomi nasional: lemahnya ekspor, arus modal investasi melambat, menjadi titik lemah Rupiah dan tetap akan mempengaruhi kinerja Rupiah tahun 2020," jelasnya.
Said meminta pemerintah menyiapkan grand strategi mengantisipasi dampak parang dagang AS dan China ini. Sebab, efek berlanjutnya perang dagang AS dan China berpengaruh signifikan terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Sebab, China dan AS merupakan negara tujuan ekspor Indonesia terbesar.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa China masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar produk nonmigas asal Indonesia dengan nilai USD 13,6 miliar sepanjang Januari-Juli 2019. Negara tujuan ekspor terbesar selanjutnya yakni Amerika Serikat dengan nilai USD 9,9 miliar atau berkontribusi 11,26 persen.
"Jadi, kalau dua negara raksasa ekonomi ini berperang maka akan membuat arus perdagangan dan rantai pasar global terhambat. Alhasil, kinerja ekspor Indonesia pun berpeluang terganggu karena penurunan permintaan," jelasnya.
Ketua DPP PDIP Bidang Perekonomian ini berharap pemerintah harus terus mewaspadai tren pelemahan Rupiah yang diperkirakan berlanjut hingga akhir September 2019 ini. Pemerintah tetap harus bersiap diri memperkuat kestabilan ekonomi dalam negeri.
"Saya memperkirakan, 2020 tetap masih ada tekanan eksternal. Untuk itu, fundamental ekonomi di dalam negeri harus diperkuat. Ini penting agar kurs, inflasi, tingkat bunga dan sebagainya tidak terlalu bergejolak," ucapnya.
Lebih lanjut, Said mengapresiasi target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2020 diusulkan sebesar 5,3 persen atau meningkat dari outlook pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,2 persen. Target pertumbuhan ekonomi ini moderat sesuai dengan kondisi kekinian ekonomi domestic dan global. "Namun dengan melihat trend perkembangan ekonomi global yang melambat dan pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun 2019 yang belum terlalu menggembirakan," jelasnya.
Baca juga:
Defisit Transaksi Berjalan Kian Melebar, Rupiah Masih Akan Loyo di 2020
RAPBN 2020, Rupiah Ditargetkan Menguat Menjadi Rp 14.400 per USD
Rupiah Menguat ke Rp 14.245 per USD Didorong Penundaan Tarif Impor China oleh AS
Jurus BI Tekan Defisit Transaksi Berjalan
Rp1.669 T Raib dari Kantong 500 Orang Terkaya dalam Sehari, Kok Bisa?
Kadin: Ketahanan Ekonomi Nasional Kita Rapuh