Rupiah ditutup melemah di Rp 13.164 per USD
Rupiah sendiri dibuka di Rp 13.071 per USD pada pagi tadi.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Rupiah ditutup di Rp 13.164 per USD atau melemah 107 poin (0,82 persen) dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 13.057 per USD.
Data Bloomberg mencatat, Rupiah cenderung bergerak melemah sepanjang perdagangan. Rupiah sendiri dibuka di Rp 13.071 per USD pada pagi tadi.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, laju Rupiah kembali bergerak melanjutkan penguatannya walau mulai terbatas. Penguatan ini kembali dipicu oleh masuknya dana asing ke pasar modal Indonesia khususnya Obligasi, dengan asumsi aliran dana asing yang kembali masuk ke Indonesia kembali deras setelah ECB kembali memangkas Deposit rate nya ke area negatif yang lebih dalam, yakni -0,4 persen.
Alhasil, 2 Bank Sentral dunia kini telah menerapkan Negative Interest Rate Policy (NIRP) dari sebelumnya Zero Rate Policy (ZRP). Meski secara domestik fundamental perekonomian Indonesia sudah mulai pulih, risiko tetap ada bagi Rupiah.
Melihat data ekonomi China yang masih melambat, serta kenaikan inflasi AS yang bisa mengangkat peluang FFR untuk naik secara bertahap pada tahun ini. Apalagi semalam, laju USD kembali mengalami kenaikan di tengah penantian pelaku pasar terhadap langkah selanjutnya dari ECB sehingga membuat laju Euro sedikit tertekan.
"Secara tren, laju Rupiah sedang mempertahankan laju kenaikan jangka pendeknya maka kami pun berharap kenaikan dapat kembali berlanjut," ujarnya dalam riset harian.
Namun demikian, juga perlu diwaspada potensi pembalikan arah mengingat laju Euro yang kembali turun dan diikuti sejumlah mata uang lainnya sehingga membuat laju USD mampu berbalik naik. Apalagi jelang pertemuan FOMC The Fed sehingga laju USD mampu bergerak positif. Diharapkan jikapun terjadi pelemahan maka dapat terbatas.
(mdk/idr)