Rupiah Ditutup Menguat Dekati Level Psikologis Rp14.000 per USD
Analis Central Capital Futures, Wahyu Laksono mengatakan, sejak awal tahun ini nilai tukar Rupiah dan pasar saham domestik cukup baik seiring dengan pelemahan USD.
Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore ditutup menguat mendekati level psikologis Rp14.000 per USD.
Rupiah ditutup menguat 39 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.020 per USD dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.059 per USD.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
Analis Central Capital Futures, Wahyu Laksono mengatakan, sejak awal tahun ini nilai tukar Rupiah dan pasar saham domestik cukup baik seiring dengan pelemahan USD.
"Tapi, awal tahun ini pesta tahun barunya juga sudah usai, jadi keseriusan dan ancaman-ancaman yang akan dihadapi di 2021 ini akan mulai dicemaskan oleh market," ujar Wahyu dikutip dari Antara.
Menurut dia, pasar saham secara global valuasinya belum tentu akan sebaik pasar saham domestik karena pertumbuhan ekonomi global masih menjadi tanda tanya.
"Itulah kenapa belakangan ini AS sedang sangat cemas ketika di saat Joe Biden berikan wacana stimulus USD 1,9 triliun, USD 2 triliun atau bisa USD 3 triliun. Secara total orang malah cenderung 'gimana ini inflasinya?'. Karena secara efek yang sangat logis adalah inflasi. Indikasinya yield obligasi AS naik. Jadi kalau yield-nya naik gimana? Orang akan takut masuk bursa saham," katanya.
Wahyu menuturkan, akan muncul sebuah orientasi pasar yang baru. Pada pemerintahan Joe Biden akan kelihatan pada 19 Januari 2020 dengan mantan Gubernur The Fed Janet Yellen justru akan ditempatkan di posisi menteri keuangan yang cenderung pro dolar AS alias pro menjaga inflasi.
"Justru kelihatan jelas di situ dibanding The Fed yang pro stock market atau membiarkan inflasi. Janet Yellen di sidang konfirmasi hearing-nya itu akan kelihatan tanggal 19 sebelum tanggal 20-nya pelantikan," ujar Wahyu.
Dampak di Indonesia
Kendati demikian, lanjutnya, apapun yang terjadi di global nanti, dampaknya tidak akan sebesar yang terjadi di AS itu sendiri.
"Stock market bagus kita diuntungkan, stock market jelek ada inflasi naik tapi pengangguran di AS masih banyak, kita juga masih ada harapan. Justru dari Eropa atau Amerika larinya ke emerging market termasuk Indonesia," kata Wahyu.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.040 per USD. Sepanjang hari, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.020 per USD hingga Rp14.050 per USD.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, Rupiah menguat menjadi Rp14.068 per USD dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.119 per USD.
(mdk/idr)