Sejak 1987, Pemilu sukses bawa IHSG naik kelas
OJK: Pemilu tahun ini digelar bersamaan dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional.
Belum lepas dari ingatan kita saat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi secara resmi mengumumkan kesiapannya menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan. Pernyataan tersebut membuat lantai bursa bergemuruh. Indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung melesat 152 poin ke level 4.878 atau naik 3,23 persen.
Di negara demokrasi, perkembangan ekonomi kerap dikait-kaitkan dengan peristiwa politik yang terjadi di dalam negeri. Momentum pemilihan umum bakal punya pengaruh besar terhadap iklim dan stabilitas ekonomi nasional, termasuk pergerakan saham-saham di lantai bursa. Saat Pemilu, sentimen dari dalam negeri cenderung lebih besar perannya terhadap bursa saham ketimbang sentimen global. Salah satu alasannya, peralihan kekuasaan di dalam negeri selalu diikuti lahirnya harapan-harapan baru akan kehidupan yang lebih baik.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
-
Bagaimana Indah Permatasari berbelanja di pasar? Indah bangun pagi untuk pergi berbelanja di pasar tradisional yang ditujunya.
-
Bagaimana UBS Sekuritas Indonesia menentukan target harga saham BBRI? "Target harga kami mengasumsikan tingkat bebas risiko sebesar 7,25% (tidak berubah), tanggal batas akhir September 2024 (mulai Maret 2024), RoE berkelanjutan sebesar 20,5% (tidak berubah), dan pertumbuhan berkelanjutan sebesar 9% (tidak berubah). Pada target harga kami, saham akan diperdagangkan pada 3,0x PB 2024," jelas PT UBS Sekuritas Indonesia.
Ekonomi memang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas politik. Korelasinya terlihat tidak hanya dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, tapi terlihat dari gerak laju IHSG. Dari data yang ada, korelasi antara Pemilu dan IHSG terlihat pada 2009. Saat digelar Pemilu lima tahun lalu, IHSG melonjak 38,4 persen. Bersamaan dengan itu pula, aliran modal asing cukup deras masuk ke Indonesia. Nilainya mencapai Rp 14-51 triliun.
Kondisi hampir sama juga terjadi satu dekade lalu atau 10 tahun lalu. Usai Pemilu 2004 digelar dan mendaulat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden, sejak April hingga akhir 2014 IHSG melesat 34,9 persen. Aliran dana asing yang masuk juga cukup besar Rp 14-46 triliun.
Ternyata, korelasi antara IHSG dan Pemilu sudah terlihat sejak Pemilu 1987. Dari data yang dikumpulkan, pada Pemilu 1987, indeks BEJ ada di posisi 75,02 (Maret 1987) atau naik 2,87 persen dibandingkan posisi sebulan sebelumnya yang ada di kisaran 72,93. Hal serupa juga terjadi pada 1992 dimana indeks berada di posisi 329,66 sehari setelah digelar Pemilu atau pada 10 Juni 1992. Indeks mengalami kenaikan 14,21 persen dibanding sebulan sebelumnya.
Hubungan baik antara Pemilu dengan indeks saham juga nampak di Pemilu Mei 1997. Saat itu indeks ada di posisi 689,59 atau naik 6,53 persen dibandingkan posisi sebulan sebelumnya. Pada saat pencoblosan, indeks langsung melonjak 16,9 persen. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama mengingat terjadi krisis ekonomi yang dipicu krisis politik di tahun itu.
Agustus 1997 indeks terkoreksi sangat dalam dari posisi 721,772 menjadi 339,536 di Desember 1997. Posisi ini merupakan posisi terendah sepanjang tahun. Pada 1998, pelemahan kembali berlanjut. Sepanjang tahun tersebut, indeks terus bergejolak seiring dengan panasnya suhu politik yang dipicu tragedi Mei 1998.
Indeks mulai sehat kembali pada Pemilu 1999 yang mendapuk duet Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Megawati sebagai presiden dan wakil presiden. Pada Mei 1999, indeks sempat berada di kisaran 523,358 dan meningkat menjadi 575,118. Beberapa bulan setelah Pemilu digelar, atau tepatnya akhir 1999, indeks ditutup melonjak ke posisi 676,919.
Atas dasar itu, pemilihan legislatif pada hari ini diperkirakan bakal membawa angin segar ke perekonomian, terutama sektor keuangan Indonesia. Tidak hanya IHSG, tetapi juga nilai tukar rupiah dan perbaikan yield obligasi pemerintah.
Jika pemilu berjalan aman, IHSG diprediksi bisa menyentuh level di atas 4.900. Kemudian, sepanjang pekan pemilu ini, kurs rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 11.270-Rp 11.350, bahkan berpotensi bercokol di Rp 11.350.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad yang ditemui usai pencoblosan Pemilihan legislatif di TPS Bendungan Hilir menuturkan, pemilu tahun ini digelar seiring meningkatnya kinerja fundamental ekonomi nasional. Menurutnya, kondisi pemilu yang kondusif ditopang dengan fundamental ekonomi yang semakin baik memberi peluang kinerja perekonomian akan semakin baik ke depan.
"Pemilu ini bersamaan dengan meningkatnya kinerja fundamental ekonomi, ini akan berlanjut positif. Indikator semuanya membaik. Kondisi industri keuangan di bawah OJK juga membaik. Mudah-mudahan ini fenomena awal positif triwulan 2 ini terus jalan sampai triwulan berikutnya. Apalagi kalau hasil pemilu tenang," ujar Muliaman di Jakarta, Rabu (9/4).
Korelasi positif antara Pemilu dan indeks saham juga sempat diutarakan otoritas bursa. "Kayak 2004 dan 2009. Buktinya bagus rata-rata naik trennya jadi pemilu trennya naik 2004 naik, 2009 naik jadi dua kali Pemilu naik," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen saat di Gedung BEI, Jakarta, kemarin.
Lebih jauh dia menambahkan, gerak IHSG akan terus mengalami kenaikan. "Dari dulu ditanya indeks naik ya naik, indeks bagus ya bagus," ungkapnya.
(mdk/noe)