Senja Kala Toko Gunung Agung, Diresmikan Soekarno Hingga Kolaps Sejak Pandemi
Toko buku Gunung Agung sedang ramai dibicarakan di platform media sosial, salah satunya Twitter. Bagaimana tidak, toko buku yang sudah ada sejak tahun 1953 ini akan menutup seluruh gerainya di akhir tahun ini.
Toko buku Gunung Agung sedang ramai dibicarakan di platform media sosial, salah satunya Twitter. Bagaimana tidak, toko buku yang sudah ada sejak tahun 1953 ini akan menutup seluruh gerainya di akhir tahun ini.
Kabar ini diumumkan oleh pihak perusahaan PT GA Tiga Belas. Katanya, mereka akan menutup outlet toko buku Gunung Agung tersisa di sejumlah kota di Indonesia pada akhir tahun 2023 ini.
-
Siapa pendiri toko buku Gunung Agung? Toko Buku Gunung Agung sudah berdiri selama 70 tahun. Didirikan almarhum Tjio Wie Tay.
-
Bagaimana cara mencapai puncak Gunung Agung? Jika kamu berniat untuk mendaki gunung ini, terdapat tiga jalur pendakian yang dibuka, yakni jalur Pura Pasar Agung, jalur Besakih, dan jalur Budakeling melalui Nangka.
-
Bagaimana cara untuk mendaki Gunung Agung? Jika ingin mendaki Gunung Agung, bisa melalui dua titik, yakni Pura Besakh dan Pura Pasar Agung. Pendaki juga harus mengikuti beberapa aturan, seperti dilarang membawa bahan makanan dari daging sapi dan perhiasan dari emas. Tak hanya itu, pendaki perempuan juga dilarang mendaki saat sedang haid.
-
Dimana letak Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali? Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
-
Mengapa letusan Gunung Ruang berbahaya? Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan status gunung tersebut menjadi level awas mengingat aktivitas vulkanik yang semakin meningkat dan membahayakan warga sekitar.
-
Di mana letak Agrowisata Bhumi Merapi? Ini merupakan tempat wisata edukasi yang terletak di lereng Gunung Merapi.
Mengutip dari laman Toko Gunung Agung, toko buku legendaris ini hadir berkat tangan dingin Tjio Wie Tay atau yang kini dikenal sebagai Haji Masagung. Toko buku ini bermula dari sebuah kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama kemitraan Thay San Kongsie di Central Jakarta.
Pada 1951, Tjio Wie Tay membeli rumah sitaan Kejaksaan di Jalan Kwitang Nomor 13 Jakarta Pusat. Rumah itu ditata dan dibuat percetakan kecil pada bagian belakang.
Selain menjalankan bisnis perbukuan, Tjio Wie Tay membentuk kongsi dagang dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat. Kongsi ini bernama Tay San kongsie pada 1945 yang bermula dari dagang rokok.
Laris Manis Bisnis Perbukuan Usai Kemerdekaan
Usai kemerdekaan, permintaan buku-buku sangat tinggi. Kemungkinan besar karena hengkangnya penerbit Belanda dari Indonesia. Hal itu dilihat sebagai peluang oleh Thay San Kongsie yang selanjutnya membuka toko buku impor dan majalah.
Kala itu, bisnis perbukuan tengah menjadi primadona lantaran terjadi persaingan dengan penerbit toko buku Belanda seperti Van Dorp dan Kolff. Seiring keuntungan buku lebih besar ketimbang penjualan rokok dan bir yang semula dijalankan Thay San Kongsie, kongsi ini pun menutup usaha rokok dan bir kemudian berganti ke toko buku.
Pada 1953, Tjio Wie Tay memperbesar usaha menjadi firma. Ide tersebut ditolak oleh Lie Tay San sehingga ia mengundurkan diri dari kongsi itu. Seiring perkembangan bisnis yang semakin besar dan kompleks di awal tahun pasca kemerdekaan, Haji Masagung mendirikan perusahaan baru yang menerbitkan dan mengimpor buku, bernama Firma Gunung Agung.
Perusahaan terus berkembang dengan dukungan para penyair, penulis, cendekiawan, dan jurnalis. Di tengah segala kesulitan yang dihadapi oleh anak Indonesia yang masih sangat muda, Haji Masagung memelopori upaya membuka mata bangsa melalui buku.
Dia menyelenggarakan pameran buku pertama di Indonesia pada tahun 1954 yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia. Pada tahun-tahun berikutnya, Haji Masagung terus mengangkat perusahaan ke ketinggian baru baik dalam standar maupun kualitas dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai salah satu nama rumah tangga terkemuka di Indonesia.
Diresmikan Presiden Soekarno
Mengutip dari Liputan6.com, pameran perdana yang dibuat Haji Masagung bermodal Rp500 ribu pada tahun 1954. Pameran itu bernama Pekan Buku Indonesia 1954. Dengan modal tersebut Gunung Agung memamerkan 10 ribu buku yang di masanya jumlah tersebut terbilang fantastis. Pada pameran buku tersebut, Gunung Agung memulai tradisi penyusunan bibliografi.
Lewat Pekan Buku Indonesia 1954, Tjoe Wie Tay dapat berkenalan dengan sosok yang dikaguminya Soekarno dan Hatta. Melalui perkenalan itu, Gunung Agung dipercaya untuk menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa 1954.
Seiring bisnis yang besar juga didirikan gedung berlantai 3 di Jalan Kwitang Nomor 6. Gedung ini diresmikan langsung oleh Soekarno pada 1963. Pada tahun yang sama, Tjoe Wie Tay ubah nama menjadi Masagung.
Toko Buku Gunung Agung pun menjadi toko buku ritel terkemuka di Indonesia yang sediakan pelanggannya berbagai produk buku, alat tulis, kebutuhan sekolah, barang olahraga, alat musik, peralatan kantor dan lainnya.
Outlate Gunung Agung Ditutup Bertahap Sejak 2020
Sejak pandemi Covid-19 pada 2020 perusahaan telah melakukan langkah efisiensi dengan menutup beberapa toko buku Gunung Agung yang tersebar di beberapa kota, seperti Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta.
"Penutupan toko/outlet tidak hanya kami lakukan akibat dampak dari pandemi Covid-19 pada tahun 2020 saja, karena kami telah melakukan efisiensi dan efektivitas usaha sejak 2013," tulis direksi PT GA Tiga Belas.
Perusahaan juga mengatakan, alasan efisiensi dan efektivitas usaha tersebut dilakukan untuk berjuang menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian usaha akibat masalah beban biaya operasional tidak sebanding dengan pencapaian penjualan setiap tahunnya.
Hal itu dilakukan akibat masalah beban biaya operasional yang besar dan tidak sebanding dengan pencapaian penjualan setiap tahun yang semakin berat dengan terjadinya pandemi COVID-19 pada awal 2020. Penutupan toko/outlet yang terjadi pada 2020 bukan merupakan penutupan toko/outlet yang terakhir karena pada 2023 juga berencana menutup toko/outlet milik perseroan yang tersisa.
"Keputusan ini harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulan yang semakin besar. Dalam pelaksanaan penutupan toko/outlet yang mana terjadi dalam kurun waktu 2020 sampai dengan 2023 kami melakukannya secara bertahap dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku," tulis perseroan.
(mdk/azz)