Toko Buku Gunung Agung Tinggal Kenangan
Hanya tinggal menghitung hari Toko Buku Gunung Agung ditutup total.
Toko Buku Gunung Agung Tinggal Kenangan
Toko Buku Gunung Agung kini gulung tikar. Tinggal menghitung hari seluruh tokonya ditutup total.
Sejak 2020, beberapa tokonya ditutup perlahan. Seperti di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta.
Toko ini ditutup lantaran kerugian operasional semakin membengkak.
Apalagi saat pandemi Covid-19 melanda, keuangannya terguncang hebat.
-
Siapa yang mendirikan Toko Buku Bandung? Media sosial diklaim jadi salah satu penyebab utama menurunnya minat baca di Indonesia. Melihat kondisi ini, salah satu warga Kota Bandung bernama Deni Rachman, menaruh perhatian terhadap dunia literasi dengan mendirikan toko buku offline yang nyaman.
-
Bagaimana Toko Buku Bandung menarik pengunjung? Caranya adalah dengan membuat kondisi toko buku seramah mungkin bagi pengunjung, termasuk menghadirkan aneka jenis buku dengan harga terjangkau agar semakin banyak menarik para pembaca buku dalam mencari buku favoritnya.
-
Dimana toko buku Dadeng berada? Tersembunyi di gang sempit Kedai buku tersebut letaknya menyempil di sebuah gang sempit.
-
Apa yang dijual di toko buku Dadeng? Ragam bacaan mulai dari majalah, buku sekolah, sampai karya sastra terpajang rapi di sini.
-
Kenapa P.K. Ojong mendirikan toko buku? Selain itu ia juga membuka toko buku pada tahun 1970 dengan tujuan untuk memudahkan akses bacaan yang bermutu bagi para wartawan dan masyarakat.
-
Kenapa toko buku Dadeng masih eksis? Dia menyebut jika saat ini buku-buku cetak masih memiliki peminat meski tak banyak.
Menjelang penutupan, Toko Gunung Agung memberikan diskon harga hingga 50 persen.
Toko Buku Gunung Agung sudah berdiri selama 70 tahun. Didirikan almarhum Tjio Wie Tay.
Sebelum mendirikan toko buku, Thay San Kongsie menjual rokok dan bir.
Namun setelah kemerdekaan Indonesia, permintaan buku-buku sangat tinggi.
Melihat kesempatan emas itu, Thay San Kongsie lantas mencoba membuka toko buku impor dan majalah.
Dari tokonya, ia mampu meraup keuntungan lebih besar daripada penjualan rokok dan bir.
Thay San Kongsie akhirnya menutup usaha rokok dan bir lalu beralih fokus ke toko buku.