Potret Toko Jamu Tertua di Indonesia, Umurnya Hampir 2 Abad Sejak Kolonial Belanda
Berdiri sejak abad ke-19, toko jamu ini masih eksis bertahan hingga sekarang.
Berdiri sejak abad ke-19, toko jamu ini masih eksis bertahan hingga sekarang.
Potret Toko Jamu Tertua di Indonesia, Umurnya Hampir 2 Abad Sejak Kolonial Belanda
Indonesia terkenal kaya akan tanaman obat bahkan hingga ke mancanegara. Sejak dahulu tanaman obat sering diolah menjadi jamu yang sangat berkhasiat.
Sejarah panjang perkembangan jamu memang sudah ada sejak lama bahkan sudah ada sejak masa kolonialisme Belanda.
Salah satunya adalah Toko Jamu Babah Kuya. Toko jamu ini sangat legendaris di Bandung karena sudah ada sejak tahun 1838.
Toko Jamu Babah Kuya terletak di Jalan Pasar Barat No. 44, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Saat ini toko tersebut sudah masuk generasi kelima sejak pendiri awal pada tahun 1800-an.
Tak hanya sudah berusia hampir 2 abad, toko ini juga akrab di telinga masyarakat Bandung karena karakter toko tersebut yang mudah dikenali.
Aroma jamu herbal nan khas akan tercium begitu pelanggan masuk ke toko tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya jenis tanaman obat yang dijual oleh toko tersebut dan sengaja dibuka supaya aromanya keluar.
Generasi Kelima Sejak 1838
Hendra Tanuwirja atau akrab disapa Koh Hendra adalah penerus toko Babah Kuya. Saat ini ia merupakan generasi kelima yang meneruskan usaha ini.
Toko yang dikelola Hendra menyediakan berbagai macam jamu herbal dari tanaman tradisional dengan harga berbeda-beda yang dipasok dari seluruh Indonesia.
Toko ini mendapat stok tanaman dari distributor yang tersebar di seluruh Nusantara.
Selain menjual jenis jamu dengan beragam khasiat, toko ini juga melayani konsultasi langsung terkait penyakit yang diderita sehingga pelayan toko bisa merekomendasikan jamu yang cocok untuk dijadikan obat.
Toko jamu Babah Kuya menjual beragam jenis rempah, seperti jahe merah, kayu manis China, binahong, delima putih, daun dewa, tanaman sambung nyawa, daun kitolot, daun murbai, jamur kayu, kulabet, cecenet, cabai Jawa, sambiloto, buah merah Papua, antanan, dan antehai.
Sebagian besar rempah dan herbal di sini sudah berbentuk kering. Namun ada pula yang sudah digiling menyesuaikan permintaan dari konsumen yang datang.
Jadi Rujukan Studi Tanaman Herbal Perguruan Tinggi di Jepang dan China
Melansir dari akun TikTok @maria.oldiest, Jumat (3/11), toko tersebut juga tampak mempertahankan bentuk klasik bangunanya. Bahkan terdapat pula foto tiga generasi pertama yang mengelola bisnis tersebut.
Tak hanya dalam negeri, banyak pembeli datang juga dari mancanegara. Bahkan toko ini juga dijadikan bidikan utama riset tanaman obat perguruan tinggi Jepang dan China.
Seorang Profesor di China bahkan mengakui kualitas temulawak Indonesia yang terbaik di seluruh dunia.