Setahun Jokowi-JK, serapan belanja modal buruk buat Rupiah melemah
"Memang ada usaha dari pemerintah tapi memang tidak untuk jangka pendek."
Presiden Joko Widodo genap satu tahun memimpin Indonesia. Namun, banyak kalangan menilai kinerja Jokowi belum maksimal terutama mengatasi nilai tukar Rupiah yang terus merosot.
Pengamat Pasar Uang, Rully Nova mengakui peran pemerintah terhadap nilai tukar sebenarnya tidak terlalu besar. Nilai tukar Rupiah dikendalikan oleh pasar, dan peran negara secara langsung tidak terlalu besar. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di China.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Namun demikian, bukan berarti negara lepas tangan terhadap kurs nilai tukar. "Kalau sisi pemerintah kebijakan fiskal sudah keluar paket kebijakan jilid I, II, III dan IV, ke nilai tukar tidak langsung terkena dampaknya perlu waktu, memang ada usaha dari pemerintah tapi memang tidak dalam jangka pendek usahanya," ujarnya ketika dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (20/10).
Menurutnya, kecenderungan Rupiah melemah salah satunya dikarenakan tersendatnya upaya pemerintah untuk merealisasikan belanja modal yang belum terserap.
"Upaya pengalihan subsidi BBM belum berjalan dan belanja pemerintah belum terserap secara penuh terutama belanja modal. Tantangan juga buat pemerintah harusnya belanja modal mengalir kalau uang beredar di masyarakat efek berganda cukup besar bisa naikan pertumbuhan ekonomi tapi tidak berjalan jadi nilai tukar fundamental kinerja pertumbuhan ekonomi sehingga berpengaruh ke nilai tukar," jelas dia.
Sebelumnya, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika (USD) menguat tajam pada awal Oktober ini. Pertengahan September lalu, nilai tukar Rupiah sempat melemah tajam hingga menyentuh titik terlemahnya di level Rp 14.691 pada 29 September, nilai tukar terendah selama tujuh tahun terakhir.
Namun, pada awal Oktober 2015, posisi Rupiah mulai kembali menguat, masuk ke level 13.000 per dolar Amerika Serikat. Perdagangan kemarin, Rupiah ditutup menguat 198 poin atau 1,45 persen. Rupiah ditutup di level Rp 13.418 per USD, atau menguat dibanding penutupan perdagangan sebelumnya yaitu di level Rp 13.616 per USD.
Banyak dugaan penyebab Rupiah kembali menguat pada awal Oktober 2015. Bank Indonesia mengklaim keyakinan investor terhadap pemerintah Indonesia sudah pulih. Ini terlihat dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai 4,4 persen dalam tiga hari saja.
"Tadinya investor asing mengatakan pemerintah tidak pernah serius melakukan structural reform. Paket kebijakan itu mendorong investor masuk, lalu pemerintah meng-adress dengan debirokratisasi dan deregulasi dalam rangka mendorong investor dan devisa masuk," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara, Jakarta, Jumat (9/10).
Menurut Mirza, penguatan rupiah juga didorong sentimen The Federal Reserve diperkirakan bakal menunda penaikan suku bunga acuannya hingga tahun mendatang.
Pengamat Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan, penguatan Rupiah kali ini murni terjadi karena faktor eksternal melemahnya dolar Amerika Serikat (USD). Faktor eksternal dinilai sedang bagus untuk mendongkrak perekonomian dalam negeri.
"Kalau pergerakan terlalu cepat sekarang ini bukan karena faktor fundamental kita, tapi ada di faktor sentimen. Salah satunya eksternal tapi bisa juga internal, tapi sedikit," tegas Enny.
(mdk/idr)