Sri Mulyani bongkar bukti tak efektifnya dana desa Rp 40 triliun
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sepakat belanja negara tahun 2017 disepakati sebesar Rp 2.080 triliun. Terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.315 triliun dan transfer ke daerah dan Dana Desa sebesar Rp 764 triliun.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 pada Oktober 2016 lalu.
Dalam APBN 2017 disebutkan pendapatan negara disepakati sebesar Rp 1.750 triliun, yang terdiri dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp 1.748 triliun dan penerima hibah sebesar Rp 1.372 triliun.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Siapa Mutiara Baswedan? Mutiara Annisa Baswedan lahir pada 3 Juni 1997. Kini, gadis kecil dalam foto di atas pun sudah tumbuh dewasa. Menjadi anak pertama dan perempuan satu-satunya, Mutiara juga sangat dekat dengan sang ayah.
-
Kapan sidang lanjutan PHPU Pilpres 2024 yang menghadirkan Sri Mulyani? Hari ini, Jumat, MK memanggil empat menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini.
-
Siapa Ipda Febryanti Mulyadi? Nama Ipda Febryanti Mulyadi sedang menjadi sorotan publik, setelah kehadirannya viral lewat sejumlah video di TikTok yang tayang ribuan kali. Wanita berhijab ini, salah satu polwan termuda lulusan Akademi Kepolisian (Akpol), telah menorehkan prestasi gemilang sebagai Kepala Unit Kejahatan & Tindak Kekerasan (Kanit Jatanras) di Polres Klaten.
Untuk belanja negara tahun 2017 disepakati sebesar Rp 2.080 triliun. Terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.315 triliun dan transfer ke daerah dan Dana Desa sebesar Rp 764 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, transfer dana ke daerah pada tahun ini sudah sangat banyak, terdiri dari dana alokasi khusus (DAK), dana desa serta dana alokasi umum (DAU). Belanja pemerintah pusat dengan dengan dana ke daerah disebut hanya berbeda Rp 1 triliun saja.
"Transfer daerah sudah sangat besar, kita harapkan daerah bisa meningkatkan kapasitas melayani masyarakat dengan baik," ucap Sri Mulyani dalam acara investor gathering di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (7/2).
Selain itu, dengan besarnya dana untuk daerah, diharapkan daerah di seluruh Indonesia mampu memacu pertumbuhan ekonominya. Ani, sapaan akrab Sri Mulyani juga berharap agar banyak daerah yang terhubung ke pasar baru dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
"Kita harapkan muncul pelaku ekonomi lama, setengah lama dan baru untuk investasi di Indonesia," katanya.
Meski demikian, Sri Mulyani masih menemukan berbagai fakta dari tidak efektifnya penyerapan transfer ke daerah dan dana desa di sejumlah daerah. Berikut selengkapnya.
Baca juga:
Menkeu Sri Mulyani kesal banyak importir daging tak bayar pajak
Gandeng KPPU, pemerintah ciptakan persaingan usaha yang sehat
Pemerintah gagal jika dana desa tak bisa turunkan kemiskinan
Menkeu: Dana desa Rp 40 T, tapi masih ada daerah tidak punya MCK
Sri Mulyani: Dana ke daerah tinggi tapi kualitas SDM tidak meningkat
Sri Mulyani bongkar amburadulnya anggaran, tak bisa lepas dari utang
Sebulan lagi, dana tebusan Tax Amnesty masih kurang Rp 53 triliun
Transfer daerah dan dana desa terus naik
Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelar Sosialisasi Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 2017. Dalam kesempatan ini, Ani, sapaan akrab Sri Mulyani menegaskan pentingnya dana transfer daerah.
Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, transfer ke daerah dan dana desa mengalami kenaikan, dari hanya Rp 480 triliun mencapai Rp 764,9 triliun.
"Ini Rp 765 triliun lah mungkin itu Rp 1 triliun lebih tinggi dari K/L. Karena memang tanggung jawab daerah makin besar, mereka harus melayani langsung kepada masyarakat," katanya di gedung Dhanapala, Kamis (2/3).
Ani menyebut, tren penyaluran dana ke daerah saat ini sudah lebih baik. Terlihat dari pemanfaatan dana daerah, di mana belanja pegawai mengalami penurunan dan ini dapat dialokasikan untuk infrastruktur.
"Saya melihat ada tren yang bagus, belanja pegawai relatif menurun dan belanja modal infrastruktur membaik," ujarnya.
Kualitas SDM di daerah tidak meningkat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyayangkan indeks kualitas masyarakat di daerah tidak terlalu baik walau dana transfer desa dari tahun ketahun mengalami kenaikan.
Seperti diketahui, dalam lima tahun terakhir, transfer ke daerah dan dana desa mengalami kenaikan, dari hanya Rp 480 triliun mencapai Rp 764,9 triliun.
"Jumlah uang naiknya sudah luar biasa besar, namun kualitas perbaikan SDM kita diukur dari pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan itu tidak meningkat secara cukup besar," kata Sri Mulyani di Jakarta.
Dia menambahkan, hal ini menjadi indikator adanya krisis dari sisi manajemen dan kepemimpinan di daerah. Padahal, penyaluran dana ke daerah saat ini sudah lebih baik. Terlihat dari pemanfaatan dana daerah, di mana belanja pegawai mengalami penurunan dan ini dapat dialokasikan untuk infrastruktur.
"Itu adalah krisis dari sisi ide, kemampuan untuk menyalurkan dan faktor korupsi dan tata kelola tidak baik," tutupnya.
Masih ada daerah tak punya MCK
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pada 2016 lalu, pemerintah telah mengeluarkan dana desa sebanyak Rp 40 triliun untuk infrastruktur seperti untuk pembangunan jalan dan jembatan di desa tidak kecuali untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Namun sampai saat ini masih banyak daerah yang belum memiliki fasilitas MCK.
"Untuk orang yang tinggal di kota rasanya sudah dianggap itu adalah kebutuhan biasa. setiap rumah itu ada MCK nya. Tapi tidak terjadi di semua desa, di semua rumah di Republik ini," katanya di gedung Dhanapala, Jakarta, Kamis (2/3).
Ani mengatakan, jika MCK belum merata di Indonesia, maka ini akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat Indonesia, di mana masyarakat menjadi tidak sehat.
"Kalau tidak ada MCK, tidak ada air bersih sangat mungkin anak-anaknya tidak sehat. Kalau anaknya tidak sehat ditambah gizinya memburuk, sangat mungkin dia akan jadi tenaga kerja atau masyarakat yang tidak produktif. Kalau tidak produktif akan jadi beban bagi tidak hanya keluarga tapi negara," ujarnya
Padahal, dana desa dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat di pedesaan dan ini merupakan tujuan dari dana desa sehingga masyarakat di pedesaan mendapatkan kesejahteraan.
"Saya juga lihat dana desa digunakan untuk berbagai macam kegiatan ekonomi di desa, dari mulai pelatihan pengusaha kecil untuk pemuda, untuk melatih ibu rumah tangga melakukan e-marketing, dan introduce korporasi di daerah," pungkasnya.
Masih ada ketimpangan ekonomi di daerah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan besar dana desa saat ini seharusnya dapat menekan tingginya tingkat ketimpangan ekonomi atau gini rasio masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan. Dengan begitu, angka kemiskinan di pedesaan bisa mengalami penurunan.
"Kalau sekarang desa mendapat sumber maka masyarakat berharap dalam beberapa tahun ke depan, angka kemiskinan di pedesaan harusnya menurun," ujar Sri Mulyani di gedung Dhanapala, Kamis (2/3).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan pemerintah akan gagal jika angka ketimpangan ekonomi di daerah tidak berkurang.
"Kalau dia tidak menurun, ini artinya suatu kegagalan bersama. Kami melihat memang kita perlu meningkatkan berbagai hal, kalau dilihat dari berbagai alokasinya, seluruh transfer ke daerah sebetulnya tujuannya adalah untuk menggempur masalah kemiskinan, baik itu dari sisi biaya pendidikan, dana kesehatan, kemudian dari sisi perbaikan infrastruktur mendasar," jelasnya.
Untuk itu, dia menyadari masih banyak yang harus diperbaiki dari semua pihak baik pemerintah pusat dan daerah secara optimal dalam penyaluran dana desa.
"Perangkat desa belum memadai, kompetensi dari tenaga pendamping juga belum ada, dan ini adalah salah satu PR karena anggarannya sudah dialokasikan. Tapi orang yang menjaga, membimbing, melaksanakan belum tersedia dan ini menjadi suatu tantangan yang sifatnya sangat pressing karena sudah terjadi di 2017, sehingga kita harapkan ada evaluasi," pungkasnya.