Sri Mulyani: Dalam 30 Tahun Indonesia Menghadapi 3 Krisis Besar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan setiap krisis memberikan pembelajaran, termasuk krisis pandemi covid-19 yang saat ini masih melanda seluruh dunia. Dalam 30 tahun terakhir, Indonesia mengalami tiga krisis besar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan setiap krisis memberikan pembelajaran, termasuk krisis pandemi covid-19 yang saat ini masih melanda seluruh dunia. Dalam 30 tahun terakhir, Indonesia mengalami tiga krisis besar.
“Dalam 30 tahun terakhir saja kita melihat 3 krisis besar pernah menghantam Indonesia, tahun 97- 98 waktu itu kita menghadapi krisis keuangan yang luar biasa yang melanda Indonesia,” kata Menkeu Sri Mulyani, Jakarta, Jumat (25/2).
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Apa yang Sri Mulyani tunjukkan kepada cucunya? Sri Mulyani juga memperlihatkan pekerjaannya kepada cucu yang lebih besar.
-
Siapa Ipda Febryanti Mulyadi? Nama Ipda Febryanti Mulyadi sedang menjadi sorotan publik, setelah kehadirannya viral lewat sejumlah video di TikTok yang tayang ribuan kali. Wanita berhijab ini, salah satu polwan termuda lulusan Akademi Kepolisian (Akpol), telah menorehkan prestasi gemilang sebagai Kepala Unit Kejahatan & Tindak Kekerasan (Kanit Jatanras) di Polres Klaten.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
Pada saat itu, kata Sri Mulyani, terjadi krisis perbankan yang menyebabkan Republik Indonesia harus melakukan langkah yang luar biasa dengan sebuah bailout atau dana talangan yang begitu sangat besar.
“Itulah yang sampai hari ini kalau kalian masih suka mendengar berita mengenai bagaimana pemerintah mencoba mendapatkan kembali bantuan likuiditas Bank Indonesia atau BLBI itu adalah warisan dari krisis 97-98,” ujarnya.
Kendati begitu, Pemerintah kemudian melakukan perbaikan dengan berbagai macam reformasi, salah satunya reformasi di bidang keuangan negara.
Pengelolaan APBN menjadi jauh lebih transparan menggunakan standar-standar internasional dan bisa terus menjadi instrumen fiskal yang mengatasi masalah-masalah pembangunan. Lahirnya undang-undang keuangan negara, undang-undang perbendaharaan negara, undang-undang tentang BPK, merupakan buah dari krisis tahun 1997-1998.
Kemudian, Indonesia menghadapi krisis kedua tahun 2008-2009, krisis ini tidak terjadi di Indonesia tapi dampaknya luar biasa, yaitu krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa. Skala dari krisis itu besar sekali sehingga disebut krisis keuangan Global.
Namun krisis global ini melahirkan reformasi sekali lagi di sektor keuangan, terutama bank sentral dan pengawasan keuangan. Disitu lahirlah undang-undang mengenai OJK, pengaturan pengawasan keuangan terintegrasi.
Krisis Ketiga Pandemi Covid-19
Krisis ketiga, yaitu pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini. Krisis pandemi telah berlangsung 2 tahun lebih, dan dampaknya tak kalah luar biasa, karena memaksa seluruh umat manusia untuk berubah, baik dari segi kesehatan, sosial, dan kegiatan ekonominya.
Oleh karena itu, Pemerintah menggunakan langkah-langkah luar biasa dalam rangka menangani dampak atau akibat pandemi covid 19 baik di sisi kesehatan, maupun di sisi non kesehatan yang menjadi implikasi logis dari masalah kesehatan itu.
“Jadi setiap krisis menghasilkan suatu pembelajaran saat ini 2 tahun lebih kita dihadapkan pada krisis yang luar biasa Dahsyat seluruh dunia yaitu pandemi covid 19. Sebuah krisis yang akan unpredicted (tak terduga) di dalam 100 tahun terakhir,” pungkasnya.
Sumber: Liputan6
Reporter: Tira Santia
(mdk/ags)