Sri Mulyani: Dampak Covid-19 di Indonesia dan Asia Lebih Baik Dibanding Eropa
Sri Mulyani menuturkan, negara-negara di Eropa sedang mengalami second wave dari Covid-19 sehingga menyebabkan jumlah kasus terus meningkat dan ekonomi masih akan tertekan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa dampak pandemi Covid-19 di Asia relatif lebih baik dibandingkan berbagai negara di Eropa, baik dari sisi perekonomian maupun jumlah korban.
Sri Mulyani menuturkan, negara-negara di Eropa sedang mengalami second wave dari Covid-19 sehingga menyebabkan jumlah kasus terus meningkat dan ekonomi masih akan tertekan.
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Apa yang Sri Mulyani tunjukkan kepada cucunya? Sri Mulyani juga memperlihatkan pekerjaannya kepada cucu yang lebih besar.
-
Apa yang menurut Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, merupakan kekuatan Indonesia? Keberagaman yang dimiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam segala bentuknya, adalah sebuah kekuatan yang harus dirangkul.
"Indonesia dan negara di Asia relatif lebih baik dari sisi dampak terhadap ekonomi dan jumlah korban dibandingkan negara-negara lain di Eropa yang ekonominya sangat merosot dan jumlah korban juga meningkat," katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (10/11).
Sri Mulyani menjelaskan terjadinya second wave pandemi di berbagai belahan negara maju Eropa dan Amerika Serikat (AS) akan menghasilkan penanganan yang berbeda dibandingkan saat first wave.
Oleh sebab itu, Dia mengatakan perekonomian dunia masih akan mengalami kontraksi pada tahun ini seiring dengan negara-negara maju terkena gelombang kedua pandemi meskipun pada kuartal III-2020 sempat mengalami pemulihan.
"Perekonomian negara advance dan emerging market membaik pada kuartal III. Di lihat revisi perekonomian global 2020 akan meningkat dalam bentuk pemulihan pada 2021 yang tercermin dari berbagai proyeksi lembaga internasional," katanya.
Sri Mulyani menyebutkan, IMF memprediksi tahun depan ekonomi dunia akan tumbuh di level 5,2 persen, OECD memperkirakan tumbuh 5 persen, dan Bank Dunia memproyeksikan tumbuh 4,2 persen.
Sementara itu, menurutnya dampak pandemi yang lebih baik di Indonesia memberikan optimisme tersendiri agar pemerintah terus mengupayakan pemulihan dengan kebijakan 'Gas dan Rem' dalam rangka mengikuti perkembangan pandemi.
Koordinasi Berjalan Baik
Dia memastikan selama ini koordinasi seluruh otoritas telah berjalan secara baik dengan tetap menjaga dan menghormati independensi maupun fungsi masing-masing.
Langkah koordinasi yang baik tercermin pada pemulihan ekonomi yang mulai terlihat pada kuartal III yaitu minus 3,49 persen dari minus 5,32 persen pada kuartal II.
Sri Mulyani menjelaskan agregat demand pada kuartal III menunjukkan pemulihan baik dari sisi konsumsi, investasi, hingga ekspor dan hanya impor yang masih dalam situasi cukup tertekan.
"Ini lah yang akan kita jaga terus di dalam mengelola kepercayaan dari masyarakat untuk pemulihan dan juga dari sisi market," tegasnya.
(mdk/idr)