Sri Mulyani: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Ringgit
Kinerja Rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Sri Mulyani menyebut depresiasi Rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan mata uang beberapa negara tetangga lainnya, seperti Ringgit Malaysia.
Sri Mulyani: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Ringgit
Sri Mulyani: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Ringgit
- Tren Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Lebih Baik Dibanding Won Korea dan Yen Jepang
- Sri Mulyani Buka Suara, Ini Alasan Sebenarnya yang Buat Nilai Tukar Rupiah Melemah
- Sri Mulyani Komentari Pelemahan Nilai Tukar Rupiah: Negara Lain Lebih Parah
- Sri Mulyani Ungkap Untung Rugi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekonomi Indonesia
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mencatat nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau USD pada kuartal I-2024 mengalami depresiasi atau melemah sebesar 2,89 persen year to date (YtD)..
Namun, bendahara negara ini menyebut depresiasi Rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan mata uang beberapa negara tetangga lainnya, seperti Ringgit Malaysia yang depresiasinya 2,97 persen YtD dan Baht mata uang Thailand depresiasinya sebesar 6,41 persen YtD.
"Ini lebih rendah depresiasinya dibanding mata uang dari beberapa negara," Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), secara daring, Jumat (3/5).
Menurutnya, kinerja Rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Kendati demikian, Sri Mulyani mengakui tekanan terhadap mata uang global masih berlanjut pada April 2024, tercatat USD mengalami apresiasi sebesar 4,86 persen.
"Dolar mengalami apresiasi 4,86 persen dibandingkan dengan level pada akhir tahun 2023. Perkembangan ini memberikan tekanan kepada seluruh mata uang dari seluruh dunia, termasuk mata uang Rupiah kita," jelas Menkeu.
Adapun hingga 26 April, pihaknya mencatat Rupiah mengalami pelemahan sebesar 5,02 persen secara year to date.
Namun, depresiasi ini masih lebih kecil dibandingkan dengan mata uang Yen Jepang yang depresiasinya 10,92 persen, kemudian Won Korea Selatan sebesar 6,34 persen.
"Perkembangan ini tentu didukung dari respons Bank Indonesia yang terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan mengoptimalkan instrumen moneter," pungkasnya.