Suku bunga kredit dinilai hambat pertumbuhan industri RI
Staf Khusus Menteri Perindustrian, Benny Soetrisno menegaskan, pertumbuhan industri nasional akan lebih tinggi apabila tingkat suku bunga diturunkan signifikan oleh Bank Indonesia (BI). Terlebih lagi, menurutnya, kebijakan suku bunga BI bisa menghambat pertumbuhan industri dan iklim investasi.
Staf Khusus Menteri Perindustrian, Benny Soetrisno menegaskan, pertumbuhan industri nasional akan lebih tinggi apabila tingkat suku bunga diturunkan signifikan oleh Bank Indonesia (BI). Terlebih lagi, menurutnya, kebijakan suku bunga BI bisa menghambat pertumbuhan industri dan iklim investasi.
"Dengan adanya deflasi, seharusnya BI menurunkan tingkat suku bunga," ujar Benny di Jakarta, Sabtu (6/5).
Dengan tingkat suku bunga rendah, kalangan industri akan mendapatkan pinjaman yang lebih murah sehingga mampu meningkatkan daya saing di tingkat internasional. Dia menegaskan tingkat suku bunga BI lebih tinggi dibandingkan China dan Singapura.
"Tingkat suku bunga di Tiongkok dan Singapura sangat rendah sekitar 4-5 persen. Bahkan, di beberapa negara lain malah lebih rendah lagi mencapai 3 persen," ungkapnya.
Sementara itu, kebijakan suku bunga kredit di Indonesia tercatat sebesar 9-11 persen. Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) ini menyatakan, penentuan suku bunga perbankan di Indonesia lebih tergantung kepada BI dan bank-bank pemerintah, sementara keinginan dunia usaha selama ini kurang diperhatikan.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman, bahwa suku bunga kredit bank yang terlalu besar sangat memberatkan bagi industri terutama skala menengah ke bawah. Apalagi, industri kecil dan menengah (IKM) merupakan sektor mayoritas dari populasi industri di Indonesia.
Adhi berharap, ke depannya, perbankan Indonesia semakin efisien dalam mengelola biaya operasional. Artinya, pelaku industri meminta suku bunga kredit bisa turun dan jaraknya dengan suku bunga deposito tidak terlalu panjang.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, apabila suku bunga perbankan belum turun secara signifikan akan membuat pelaku usaha untuk menahan ekspansi. Alasannya, mereka mempertimbangkan kemampuan daya beli pasar yang masih rendah.
"Yang penting adalah mendorong peningkatan pasar atau konsumsi rumah tangga di berbagai sektor," ujarnya.
Namun demikian, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku optimistis, pertumbuhan industri nasional akan lebih terdongkrak lagi apabila harga gas dan listrik lebih kompetitif karena mampu menekan biaya produksi.
"Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global," tegasnya.
Langkah strategis lain yang perlu dilakukan, di antaranya melakukan harmonisasi peraturan di segala lintas sektoral, menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan baku industri khususnya bahan baku yang berasal dari impor, serta melaksanakan promosi dagang ke pasar nontradisional, mencari informasi kebutuhan produk dan hambatan pasar dalam rangka pengembangan pasar ekspor baru.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar 4,71 persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 4,51 persen, juga di atas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 4,42 persen.
“Kami terus menjaga momentum kenaikan ini, di mana sebelumnya produksi industri manufaktur tumbuh dan saat ini produk domestik bruto (PDB) ikut positif. Kami berharap agar pertumbuhan industri pada triwulan berikutnya dapat lebih baik lagi,” kata Airlangga.
Sektor industri yang tumbuh tinggi pada triwulan I-2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional sebesar 8,34 persen, industri makanan dan minuman 8,15 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik 7,52 persen, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 7,41 persen.
Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. “Industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan mencapai 20 persen pada kuartal ini atau naik dari sebelumnya sebesar 18 persen,” ujarnya.
Menurut Airlangga, pada triwulan pertama, kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor sebesar 22 persen. Artinya, ini menunjukkan kondisi pasar global yang sudah pulih sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas bagi industri dalam negeri.
Airlangga mengungkapkan, industri pengolahan nonmigas selalu membawa efek berganda terhadap perekonomian nasional mulai dari peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja, perolehan devisa dari ekspor, hingga penghemat devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Bagaimana PT Astra Agro Lestari Tbk mengembangkan industri perkebunan di Indonesia? Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) mulai mengembangkan industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.
-
Bagaimana pertumbuhan industri di Sidoarjo berkontribusi terhadap perekonomian daerah? Pertumbuhan industri di Sidoarjo telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
-
Bagaimana pabrik gula di Tegal berkembang hingga menjadi pusat industri? Pabrik Gula di Tegal Pada tahun 1832, di sebelah timur Tegal, tepatnya di Desa Pangkah, dibangunlah pabrik gula pertama di Tegal. Pendirinya adalah seorang investor swasta bernama NV Kosy dan Sucier. Setelah itu muncul pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun 1841-1842 muncul pabrik gula di Desa Kemanglen dan Dukuwringin.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Kapan Kota Tua Jakarta dibangun? Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Kemudian di tahun 1619, VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen, Jayakarta pun dihancurkan. Setahun kemudian, kota baru bernama Batavia dibangun oleh VOC untuk menghormati Batavieren, yaitu leluhur bangsa Belanda.
Baca juga:
Cara jitu Kemenperin genjot populasi industri kimia, tekstil & aneka
BPS: Produksi industri manufaktur besar-sedang naik 4,33 persen
Di IIMS 2017, SPG cantik ini mampu raup Rp 10 juta
JK mimpi RI jadi pengekspor otomotif terbesar kalahkan Thailand
Menko Darmin bangga 7-Eleven RI diakuisisi perusahaan Thailand
Genjot ekonomi 2018, pemerintah bakal fokus garap 3 sektor industri
Panasonic perluas pasar ekpor hingga Thailand dan Malaysia