Survei: Indonesia Paling Optimis soal Pemulihan Ekonomi se-ASEAN
Indonesia konsisten sebagai negara paling optimistis di Asia Tenggara, yakni akan ada pemulihan dan peningkatan ekonomi nasional dalam enam bulan ke depan, dengan presentase 76 persen. Naik 1 persen dari survei kedua pada September 2020.
Pandemi Covid-19 memberi tekanan luar biasa pada perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan survei Ipsos, perusahaan peneliti pasar atau market research global, 30 persen masyarakat Asia Tenggara merasa situasi ekonomi negara mereka saat ini baik. Namun untuk Indonesia, 25 persen masyarakat mengakui ekonomi nasional saat ini baik.
Survei diadakan secara daring, periode 4-15 Februari 2021, mencakup negara Asia Tenggara antara lain Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di atas rata-rata nasional? Keberhasilan itu, lanjut politukus PDIP ini, karena pihaknya berhasil menjaga harga-harga kebutuhan tetap stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ."Kemarin juga kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat bahwa Sulut bisa menggerakkan ekonomi kreatif yang ada. Jadi bulan Agustus ini pengakuan dari pemerintah pusat bahwa apa yang kita kerjakan selama ini berdampak sangat positif bagi pembangunan Sulut."
Melihat enam bulan ke depan, 42 persen masyarakat Asia Tenggara yakin perekonomian akan membaik. Meskipun dibandingkan hasil survei gelombang kedua pada September 2020, optimisme masyarakat Asia Tenggara turun 4 persen (46 persen optimis pada survei gelombang kedua).
Namun demikian, Indonesia konsisten sebagai negara paling optimistis di Asia Tenggara, yakni akan ada pemulihan dan peningkatan ekonomi nasional dalam enam bulan ke depan, dengan presentase 76 persen. Naik 1 persen dari survei kedua pada September 2020.
Meskipun peningkatannya kurang signifikan, Indonesia lebih unggul dibandingkan tingkat optimismenya negara lain berdasarkan survei gelombang kedua (September 2020) dan ketiga (Februari 2021). Filipina berada diperingkat kedua (49 persen), Singapura (37 persen),Vietnam (35 persen) dan Thailand (30 persen), dan Malaysia (24 persen).
Di Indonesia, 31 persen masyarakat optimistis pendapatan akan pulih dan meningkat, 45 persen berpendapat akan sama dengan saat ini, dan 24 persen mungkin akan memburuk. Berbeda dengan Malaysia dan Thailand yang justru lebih pesimis, sebab 41persen masyarakat Malaysia sentimen pendapatnya akan memburuk, dan 38 persen untuk Thailand.
"Penurunan tingkat infeksi dan rencana vaksinasi yang efektif dari Pemerintah memainkan peran kunci dalam membangun kembali kepercayaan ekonomi dan belanja konsumen, seperti yang terlihat di Singapura," kata CEO Ipsos South East Asia, Suresh Ramalingam dikutip dari Antara, Selasa (23/3).
"Bisnis yang beroperasi di Filipina, Indonesia, dan Vietnam perlu memanfaatkan optimisme negara yang positif. Lonjakan infeksi Covid-19 baru-baru ini di Malaysia dan Thailand, sementara dikendalikan, memerlukan pelonggaran bertahap dari pembatasan dan kampanye yang rumit untuk mempromosikan vaksinasi," tambah Suresh Ramalingam.
Di sisi lain, selama pandemi produk industri rumahan atau bisnis mikro adalah yang paling sedikit terimbas oleh pandemi (42 persen) dibandingkan sebelum pandemi yang turun 2 persen. Sedangkan produk industri kecil menengah, 44 persen masyarakat Indonesia masih membeli selama pandemi, dibandingkan sebelum pandemi, mengalami penurunan 10 persen namun masih memegang porsi tertinggi bersama industri mikro (dibandingkan industri produk bermerek dalam negeri dan produk bermerek luar negeri).
Selama pandemi, mayoritas masyarakat Indonesia mengaku lebih memilih membeli produk UMKM melalui e-commerce (64 persen), media sosial (33 persen), aplikasi transportasi online (33 persen), minimarket atau toko tradisional (30 persen).
Produk UMKM yang paling banyak dibeli selama pandemi adalah makanan 55 persen, minuman 53 persen dan buah segar 53persen. Ketiga kategori produk UMKM tersebut masih akan tetap diminati selama 2021 ini, makanan atau kuliner (66 persen), minuman (58 persen), dan buah (52 persen).
Sebesar 73 persen masyarakat Indonesia berpendapat program stimulus Pemerintah untuk industri UMKM sangat membantu untuk bertahan selama pandemi Covid-19.
Pengaruh Pandemi Pada Perilaku Konsumsi
Dalam hal konsumsi, hasil survei menunjukkan masyarakat Asia Tenggara masih lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas belanja (81 persen). Masyarakat Indonesia dan Filipina adalah yang paling berhati-hati dalam mengatur pengeluaran mereka (86 persen).
Terkait pembelian dalam jumlah besar, 67persen masyarakat di Asia Tenggara mengakui masih meredam niat mereka seperti rumah dan mobil.
Kategori produk masakan rumahan (42 persen), produk kebersihan (36 persen), dan produk perawatan diri (27 persen) masih menjadi tiga besar kategori produk yang sangat diminati masyarakat.
Sedangkan untuk kategori travel (20 persen), fashion atau pakaian (15persen), dan aktivitas budaya (11 persen) mengalami peningkatan minat beli atau konsumsi masyarakat Asia Tenggara.
Di sisi lain, masyarakat sudah mulai percaya diri untuk melakukan perjalanan. Di Indonesia persentasenya meningkat 18 persen dibandingkan survei pada September 2020.
Munculnya rasa percaya diri masyarakat untuk melakukan perjalanan selama pandemi dipengaruhi kebijakan Pemerintah yang mengharuskan masyarakat menyertakan hasil negatif swab antigen.
Kebijakan itu diapreasiasi oleh masyarakat, yang mana 71 persen masyarakat setuju penerapan kebijakan itu dan yakin dapat menurunkan angka kasus positif. Sedangkan 54 persen masyarakat yang tidak setuju disebabkan oleh faktor harga yang dirasa mahal untuk swab antigen.
"Paling tingginya optimisme masyarakat Indonesia terhadap adanya pemulihan ekonomi nasional maupun pendapatan mereka merupakan pencapaian tersendiri bagi kita semua, termasuk Pemerintah. Terlebih ketika survei dilakukan pada Februari 2021 lalu, Indonesia tengah dalam penerapan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) khususnya Jawa dan Bali, yang notabene mayoritas aktivitas bisnis terpusat di sana, namun kita masih optimistis."
Vaksinasi Covid-19
Hasil survei lainnya yaitu terkait perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19, dengan hasil 80 persen masyarakat Indonesia menunggu dan bersedia untuk divaksinasi.
"Laporan survei gelombang ketiga Ipsos sangat komprehensif, mencakup berbagai aspek, mulai opini dan perilaku masyarakat terhadap vaksin, perkembangan perilaku konsumsi, situasi ekonomi dan pendapatan masyarakat, minat beli konsumen, pilihan saluran pembelian (purchasing channel) dan penggunaan dompet digital (e-wallet), serta industri UMKM dan jenis produk yang paling diminati masyarakat saat ini," kata Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan.
"Tak hanya itu, hasil survei ini juga memberikan proyeksi perilaku konsumsi ke depannya, sehingga pemain bisnis dapat mengetahui trend dan sektor yang akan berkembang ke depannya.” jelas Soeprapto Tan.
Mayoritas masyarakat Asia Tenggara (79 persen) sangat bersedia dan menanti pemberian vaksin Covid-19. Vietnam (94 persen) dan Indonesia (80 persen) adalah negara Asia Tenggara yang masyarakatnya paling banyak bersedia dan bersemangat divaksin.
Urutan ketiga, Thailand (78 persen) Singapura (77 persen), Malaysia (76 persen), dan Filipina (68 persen). Lebih jauh, mayoritas masyarakat Asia Tenggara bersedia dan berencana mendapatkan vaksinasi di tahun 2021, di mana masyarakat Indonesia dan Vietnam adalah yang paling ingin segera mendapatkan vaksinasi dibandingkan lainnya dengan masing-masing presentase 50 persen.
Banyaknya masyarakat yang bersedia bahkan ingin segera divaksin menunjukkan program kampanye Pemerintah Indonesia guna memberikan edukasi, imbauan, serta ajakan kepada masyarakat untuk bersedia divaksin cukup berhasil. Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai vaksin, efek samping, dan potensi mereka yang memiliki resiko tertular cukup baik.
Hasil survei menyatakan mayoritas masyarakat Indonesia melihat ada lima kelompok prioritas yang perlu segera mendapatkan vaksinasi Covid-19, yaitu tenaga kesehatan (71 persen) & pekerja garis depan/frontliners (29 persen), aparatur negara (26,5 persen), lansia (16,7 persen) dan pekerja layanan publik (15.75persen), kemudian kelompok atau golongan usia dewasa usia 18 – 59 tahun (14,4 persen) dan penduduk usia di bawah 18 tahun (6 persen).
Masih tingginya kasus positif Covid-19 di Indonesia, dalam survei ini sebesar 71 persen masyarakat menyadari bahwa untuk menurunkan penularan Covid-19 perlu kesadaran diri untuk menerapkan protokol kesehatan, memakai masker meskipun telah divaksin, dan mengikuti 5M & 3T.
Sebesar 66 persen masyarakat berpendapat perlunya kembali digencarkan kampanye edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh dan massif, serta diberlakukannya sanksi kepada pelanggar protokol kesehatan, dan 21 persen masyarakat mengakui peran aktif tokoh masyarakat untuk memberikan contoh pola hidup baru (new normal).