Survei: Penambahan 10 persen pelanggan seluler, tingkatkan GDP RI 0,4 persen
Selain itu, setiap peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler di negara-negara Asia Tenggara sebesar 10 persen diikuti dengan peningkatan GDP negara-negara Asia Tenggara sebesar 0,2 persen.
Indosat Ooredoo bersama dengan Penelitian dan Pelatihan Ekonomika & Bisnis (P2EB), Fakultas Ekonomika & Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melakukan riset dengan tema 'Dampak Mobile Internet terhadap Pengembangan Ekonomi dan Sosial di indonesia'. Riset ini dilakukan dalam rangka 50 Tahun Indosat Ooredoo menghadirkan layanan telekomunikasi kepada masyarakat Indonesia.
Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo, Deva Rachman mengatakan hasil riset tersebut menunjukkan bahwa mobile internet berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
-
Mengapa industri telekomunikasi di Indonesia terus berkembang? Pada tahun 2021, sektor informasi dan komunikasi menyumbang sekitar Rp 748,75 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
-
Apa saja dampak yang bisa ditimbulkan oleh layanan OTT terhadap industri seluler di Indonesia? “Apa sih dampaknya? Kalau kita lihat dalam 5-7 tahun terakhir penurunan dari pendapatan sms. Kalo kita lihat secara global ancaman terhadap operator ini juga terjadi di seluruh dunia,” Sigit juga menambahkan terdapat setidaknya beberapa dampak yang akan dipengaruhi oleh ketidakadaan regulasi yang mengatur operasional OTT di Indonesia. Efek Gunting kehadiran OTT ini pada satu sisi menaikan traffic penggunaan pada penyedia layanan seluler di Indonesia. Akan tetapi, pada sisi lainnya meskipun traffic dari pengguna akan naik, pendapatan yang dihasilkan akan datar dan sama saja. Sebab, nilai yang masuk itu diterima oleh OTT, bukan penyedia layanan seluler.
-
Mengapa keberadaan layanan OTT menjadi ancaman bagi penyedia layanan seluler di Indonesia? Kekhawatiran tersebut muncul karena saat ini masyarakat Indonesia, semakin ketergantungan dengan layanan OTT asing, yang teknologi dan inovasinya sangat berkembang cepat. Akan tetapi, hal ini justru bukan menguntungkan, malah menjadi ancaman bagi penyedia layanan seluler di Indonesia.
-
Kenapa penggunaan satelit dipilih sebagai solusi untuk masalah komunikasi di Indonesia? Kala itu, pemerintah memandang sistem komunikasi dengan teknologi sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan telekomunikasi Indonesia.
-
Kapan riset tren pasar smartphone di Indonesia dilakukan? Lembaga riset teknologi Counterpoint memaparkan hasil riset smartphone. Menurut Senior Analyst Counterpoint, Febriman Abdillah, insight terbaru terkait tren pasar smartphone di Indonesia dilakukan selama Q3 2023.
-
Kapan sektor otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat? Pada tahun 2000-an, sektor otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat.
"Penambahan 10 persen pelanggan seluler di Tanah Air, meningkatkan secara positif GDP (gross domestic product atau produk domestik bruto) Indonesia sebesar 0,4 persen. Demikian hasil riset yang dilakukan," kata Deva, Kamis (9/11).
Selain itu, setiap peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler di negara-negara Asia Tenggara sebesar 10 persen diikuti dengan peningkatan GDP negara-negara Asia Tenggara sebesar 0,2 persen. Dan jumlah pelanggan telepon seluler di 46 negara Asia sebesar 10 persen diikuti dengan peningkatan GDP di negara-negara tersebut sebesar 0,3 persen.
"Dampak mobile internet terhadap peningkatan GDP lebih besar di negara-negara berpendapatan menengah-rendah dan di negara-negara berpendapatan tinggi dibandingkan dengan dampak mobile internet di negara-negara berpendapatan rendah," ujarnya.
Dampak mobile internet terhadap peningkatan GDP di negara-negara berpendapatan menengah-rendah di Asia lebih tinggi 0,02 persen dibandingkan dengan dampak mobile internet di negara-negara berpendapatan rendah. Sedangkan untuk negara-negara berpendapatan tinggi di Asia lebih tinggi 0,03 persen persen dibandingkan dengan dampak mobile internet di negara-negara berpendapatan rendah.
"Dengan menggunakan data 4 negara yaitu indonesia, Thailand, Malaysia, dan India, diperoleh temuan bahwa dampak mobile internet terhadap peningkatan GDP di Indonesia tidak berbeda dengan dampak mobile internet di Thailand dan di India. Dampak mobile internet terhadap peningkatan GDP di Malaysia lebih tinggi 0.03 persen dibandingkan dengan dampak mobile internet di Indonesia."
Deva menjelaskan, fenomena menarik ini diduga terjadi karena faktor-faktor yang mendukung pengembangan mobile internet seperti infrastruktur, kebijakan pemerintah, regulasi, dan iklim bisnis di indonesia adalah setara dengan di Thailand dan di India, dan berada di bawah Malaysia. Akibatnya, dampak mobile internet terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih rendah daripada di Malaysia.
Dalam kesempatan sama, Direktur Penelitian dan Pelatihan Ekonomika & Bisnis (P2EB), Fakultas Ekonomika & Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Bambang Riyanto menjelaskan bahwa riset ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta menggunakan data jumlah pelanggan jasa telepon seluler (mobile subscription) sebagai indikator variabel perilaku penggunaan mobile internet.
"Dalam riset ini, secara garis besar fenomena mobile internet dapat dikelompokkan ke dalam tiga dimensi, teknologi dan lingkungan sosial, perilaku dalam menggunakan mobile internet, dan dampak sosial dan ekonomi dari mobile internet."
Akses terhadap mobile internet diharapkan memberikan manfaat ekonomi dan sosial pada masyarakat. Tujuan riset ini adalah untuk mengkaji dampak ekonomi dan sosial dari mobile internet pada masyarakat, dimana hasilnya akan diberikan sebagai rekomendasi kepada Pemerintah dalam memperkuat dampak positif dari mobile internet terhadap masyarakat.
Baca juga:
Sempat turun, harga emas kembali naik menjadi Rp 624.571 per gram
Nilai tukar Rupiah melemah tipis di level Rp 13.519 per USD
BKPM gandeng Standard Chartered perluas penetrasi investasi Indonesia di dunia
Punya keunggulan teknologi, Taiwan siap majukan industri manufaktur Indonesia
TETO nilai pemerintah belum mampu kelola kekayaan laut Indonesia