Indikator: Kondisi Ekonomi Nasional Memburuk Pasca-Pemilu, Tak Ada Selebrasi Buat Paslon Yang Menang
Survei Indikator ini dilakukan pada tanggal 18-21 Februari 2024 kemarin dengan wawancara dengan responden melalui sambungan telepon.
Peneliti utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan kondisi ekonomi nasional memburuk pasca pemilu 2024.
Indikator: Kondisi Ekonomi Nasional Memburuk Pasca-Pemilu, Tak Ada Selebrasi Buat Paslon Yang Menang
Dari hasil survei yang dilakukan sebanyak 40,6 persen responden menyatakan kondisi ekonomi nasional buruk atau sangat buruk.
Sementara, hanya 33,9 persen responden menyatakan kondisi ekonomi nasional baik atau sangat baik.
Padahal, kata Burhanuddin, dua minggu sebelum Pemilu 2024 dilaksanakan, tercatat responden menilai kondisi ekonomi nasional baik atau sangat baik.
"Sebelum pemilu itu kondisinya banyak yang mengatakan positif kondisi ekonomi nasional 12 sampai 13 Febuari. Artinya, pemilu pada saat itu persepsi publik terkait kondisi ekonomi nasional lebih baik," kata Burhanuddin, dalam paparannya secara daring, Rabu (28/2).
"Ketimbang yang kita temukan hari ini, jadi ada beberapa hari perbedaanya kurang lebih sekitar hampir dua minggu setelah pemilu dilakukan kita temukan mereka yang mengatakan ekonomi nasional buruk itu lebih banyak ketimbang baik," sambungnya.
Dia menjelaskan, alasan responden menilai kondisi ekonomi nasional memburuk lantaran harga beras melonjak tinggi pasca pemilu 2024.
"Saya kira jawabannya sangat terang benderang, yaitu adanya kenaikan harga beras. Jadi kita saksikan dalam beberapa minggu terakhir justru ada peningkatan persepsi negatif terutama karena kelangkaan harga beras dan peningkatan harga beras," jelas dia.
Temuan tersebut menjadi catatan bagi pasangan calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka jika telah ditetapkan sebagai pemenang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) jika kondisi ekonomi nasional tidak mengalami perubahan.
"Jadi ini saya kira masukan buat pemerintah, karena kalau misalnya kondisi ekonomi nasional masih memburuk mungkin secara elektoral bisa selamat karena pemilu sudah selesai, tapi tidak ada selebrasi buat calon yang menang," paparnya.
"Dan tentu saja akan menyulitkan buat proses transisi terutama Pak Jokowi yang mau berhenti di bulan Oktober dan dilanjutkan oleh Pak Prabowo," imbuh Burhanuddin.
Untuk diketahui, survei Indikator ini dilakukan pada tanggal 18-21 Februari 2024 kemarin dengan wawancara dengan responden melalui sambungan telepon. Jumlah responden sendiri sebanyak 1.227 orang yang dipilih menggunakan metode random digit dialling (RDD).
Dengan metode ini, margin of error yang diterapkan sebesar ±2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.