Tahun depan, ekonomi Indonesia diprediksi masih bergejolak
Waspadai penaikan suku bunga The Fed dan pelemahan ekonomi China.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai masih berpotensi bergejolak pada tahun depan. Sebab, bank sentral Paman Sam masih berencana menaikkan suku bunga dan Ekonomi China diprediksi masih melemah.
"Itu yang harus diwaspadai untuk tahun depan," ujar Ekonom Senior Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy, Jakarta, Senin (21/12).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana pertumbuhan permintaan terhadap rumah di Jakarta? “Pada Juni 2024, pertumbuhan permintaan (enquiries) terhadap rumah di Jakarta yang disewa tumbuh 59,8 persen dan hunian yang dijual sebesar 114,9 persen secara tahunan,” kata Head of Research Rumah123 Marisa Jaya dilansir Antara, Selasa (30/7).
Dia memaparkan, berdasarkan data International Monetary Fund (IMF), ekonomi negara maju bakal berada dalam tren positif sepanjang 2015-2020. Sementara, China melemah.
"Pertumbuhan akan di drive oleh negara-negara maju seperti AS dan prediksi akan terus pick up rata-rata naik 2,5 persen. Tapi untuk China akan turun terus," jelas dia.
Dia melanjutkan, pelemahan ekonomi bakal mendorong China tetap menurunkan nilai yuan. Ini bisa berimbas negatif pada rupiah.
"Kenaikan Fed Fund Rate itu bisa jadi tekanan buat Indonesia kalau di atas 125 bps, itu jadi volatility ke rupiah," katanya.
"Nah, kalau market kita memang ekspektasi kenaikannya 2-3 kali, 50-70 bps."
(mdk/yud)