Target Prabowo-Sandi Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Dinilai Berat
Walau target itu realistis, tapi terbilang sulit jika berkaca dari kondisi ekonomi Indonesia saat ini.
Mantan Staf Khusus Menteri ESDM Sudirman Said, Muhammad Said Didu menilai, tidak mudah memenuhi target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandi, di angka 7 persen. Walau target itu realistis, tapi terbilang sulit jika berkaca dari kondisi ekonomi Indonesia saat ini.
"Itu karena beban ekonomi sekarang lagi berat sekali, jadi untuk memacu sampai tujuh persen itu berat banget. Kenapa? sekali kita memacu pertumbuhan ekonomi, kita industri dasar kita lemah sekali, maka itu memacu impor, impor permesinan, impor bahan baku, impor lain," katanya di Media Center Prabowo-Sandi, Jl Sriwijaya I No 35, Rabu (14/11).
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Kenapa target pertumbuhan ekonomi ini penting bagi Prabowo-Gibran? Target tersebut tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025. Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana Prabowo dinilai akan meneruskan pemerintahan Jokowi? Sebagai menteri Presiden Jokowi, Prabowo kerap ikut rapat. Sehingga, Prabowo dinilai tinggal meneruskan pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'rufA Amin.
Melihat kondisi ekonomi global saat ini, maka impor bisa berimbas pada turbulensi ekonomi nasional. Guncangan ekonomi menyebabkan kondisi fiskal terganggu. Apalagi di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, impor bahan baku bisa menjadi masalah besar.
"Itu menurut saya perencanaan yang kurang hati hati, sehingga memacu pertumbuhan yang menyebabkan impor naik itu yang menyebabkan ekonomi menjadi panas dan fiskal moneter akan terganggu," terangnya.
Praktisi Industri dan Bisnis tersebut memberikan solusi supaya target ekonomi di angka 7 persen bisa tercapai. Caranya, industri pengolahan harus segera digenjot dan diberikan insentif.
Masalahnya, pemberian intensif kepada pengolahan industri tersebut terhambat. Investor enggan lantaran beban pajak demi pendapatan negara untuk proyek proyek yang menurutnya program populis.
"Program populis ini menurut saya menyedot APBN banyak sekali, sehingga dia butuh APBN besar yang dilakukan adalah menaikkan pajak sehingga orang itu tidak mau investasi dan tidak mau belanja," jelasnya.
"Nah tidak mau belanja maka ekonomi berhenti, saya heran ini kan katanya ini ekonomi, ekonomi bagus, saya insinyur bukan ekonom tapi saya paham lah itu penyebabnya menjadi rem pertumbuhan ekonomi," ucapnya.
Baca juga:
Genjot Infrastruktur, Kubu Jokowi Optimis Pertumbuhan Ekonomi Capai 7%
Sri Mulyani: Pengangguran Turun 5,13 Persen, Terendah Dalam 20 Tahun
LPEM UI: Pertumbuhan 5,2 Persen Untuk 2018 Cukup Prestasi
Bappenas Soal Pertumbuhan Ekonomi: Memang Ada Penurunan, Tapi Masih Aman
Ini Cara Agar Indonesia Keluar dari Jeratan Perangkap Kelas Menengah
Bappenas: Produktivitas Pekerja Indonesia Rendah Buat Pertumbuhan Ekonomi Stagnan