Ternyata, Begini Bahayanya Perusakan dan Pencurian BBM dari Pipa Pertamina
Tindakan ini tidak hanya membahayakan bagi diri sendiri, namun juga masyarakat sekitar.
Pelaku melubangi pipa distribusi BBM sehingga bocor dan terjadi kebakaran. Akibatnya, dua warga mengalami luka bakar, yaitu YS (31) seorang ibu rumah tangga dan seorang anak laki-laki AI (13).
Ternyata, Begini Bahayanya Perusakan dan Pencurian BBM dari Pipa Pertamina
Ternyata, Begini Bahayanya Perusakan dan Pencurian BBM dari Pipa Pertamina
Pencurian dan perusakan pipa distribusi BBM milik Pertamina, seperti terjadi di Belawan, Sumatra Utara dinilai sangat membahayakan. Tindakan ini tidak hanya membahayakan bagi diri sendiri, namun juga masyarakat sekitar.
"Masyarakat harus menyadari bahaya tersebut, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali," kata pengamat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Juwari dikutip dari Antara, Rabu (1/11).
- Sigap Bantu Masyarakat, Aksi Petugas Damkar Amankan Tokek Ini Curi Perhatian
- Pemerintah Serius Batasi Penggunaan BBM Pertalite, Tiga Menteri Jokowi Mulai Rapatkan Barisan
- Heru Budi Minta UMKM Binaan Pemprov DKI Jualan di CFD
- Mentan SYL Perintahkan Jajarannya Turun Tangan Bantu Pemulihan Warga Puncak Papua
Menurut dia, peningkatan pemahaman masyarakat memang sangat diperlukan, apalagi Pertamina sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya pengamanan, termasuk upaya preventif seperti pemagaran dan berbagai tulisan peringatan.
"Persoalannya memang (kurangnya pemahaman) pada masyarakat," katanya menanggapi dugaan pencurian BBM di Belawan yang terjadi pekan lalu atau Kamis (26/10).
Pada kejadian tersebut, pelaku melubangi pipa distribusi BBM sehingga bocor dan terjadi kebakaran. Akibatnya, dua warga mengalami luka bakar, yaitu YS (31) seorang ibu rumah tangga dan seorang anak laki-laki AI (13).
Oleh karena itu, Juwari mendorong pihak terkait untuk terus memberi pemahaman dan penyuluhan kepada masyarakat, terutama mereka yang berada di wilayah jalur pipa Pertamina.
merdeka.com
"Jadi prinsipnya, poin utama adalah timbulnya kesadaran masyarakat terkait bahaya tersebut. Mengenai pihak yang menyampaikan, apakah Pertamina, Pemda atau instansi terkait, harus ada pembagian tugas yang tepat dan kesepakatan. Supaya tidak tumpang tindih," ujarnya.
Dikatakannya, dalam penyuluhan harus disampaikan keberadaan pipa yang memiliki risiko bahaya tersebut, masyarakat juga diminta melaporkan jika melihat kondisi tertentu, misal gas keluar, bau menyengat dan sebagainya.
Hal itu, menurut dia, agar masyarakat paham bahwa ada dampak dan bahayanya, dengan demikian mereka tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri.
Masyarakat yang akhirnya memiliki kesadaran tersebut, menurut Juwari bisa dikategorikan sebagai layer tertinggi, mereka paham dan akan memberitahu ke Pertamina jika ada yang mencurigakan jadi saling menjaga aset dan keselamatan.
Sedangkan, lapisan kedua adalah mereka yang paham akan bahaya tersebut, tetapi tidak segera melapor kalau menemukan hal yang membahayakan, sedangkan lapisan terendah adalah mereka yang tahu bahaya, tetapi tetap mencuri dan merusak pipa BBM.
"Karena itu penting upaya penyuluhan secara terus-menerus kepada masyarakat," kata Juwari.
merdeka.com