Ternyata Ini Alasan Baju Thrifting Banyak Digandrungi Masyarakat
Membeli pakaian bekas impor atau lebih dikenal thrifting, saat ini masih digandrungi oleh kalangan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Namun kebiasaan tersebut ternyata memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan industri tekstil di Indonesia.
Membeli pakaian bekas impor atau lebih dikenal thrifting, saat ini masih digandrungi oleh kalangan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Namun kebiasaan tersebut ternyata memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan industri tekstil di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), dia meminta kepada jajarannya untuk menindak bisnis tersebut, dan mengatakan bahwa ada beberapa pelaku bisnis yang tertangkap.
-
Dari mana asal baju bekas impor yang diselundupkan? Rute penyelundupan pakaian bekas impor kebanyakan berasal dari Port Klang Malaysia, tetapi asalnya dari negara maju dan 4 musim, yang cenderung selalu berganti model dan jenis baju.
-
Apa yang membuat thrifting kini digemari banyak orang? Lagi booming, thrifting sekarang bukan lagi sebatas fashion untuk kaum yang budgetnya pas-pasan saja. Thrifting juga digandrungi oleh kaum menengah ke atas, karena bisa dimanfaatkan buat berburu barang yang masih punya high value di antara timbunan barang yang sudah disingkirkan.
-
Dimana salah satu pusat bisnis baju bekas impor di Ibukota? Setidaknya salah satu pusat bisnis baju bekas impor atau thrifting di Ibu Kota, yakni Pasar Senen, dipadati pengunjung beberapa hari terakhir.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Bagaimana cara penjual baju bekas impor mendapat keuntungan besar? Bisnis pakaian bekas impor menggiurkan Selain banyak permintaan dari pembeli, keuntungan yang didapatkan oleh penjual juga relatif besar. Bahkan, kini pakaian bekas impor juga dijual secara online.
-
Siapa yang terdampak buruk dari maraknya perdagangan baju bekas impor? Komite Ekonomi dan Industri Nasional nilai penjualan baju bekas impor ilegal dapat mematikan industri tekstil dan konveksi dalam negeri.
"Yang namanya impor pakaian bekas mengganggu. Sudah saya perintahkan untuk mencari betul dan sehari dua hari sudah banyak yang ketemu. Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri," kata Jokowi di Istora GBK, Senayan, Jakarta, Rabu (15/3).
Berdasarkan pantauan Merdeka.com, pada Kamis (16/3), terlihat beberapa anak muda membeli sejumlah baju thrifting di Pasar Senen Blok III, saat diwawancarai mereka mengaku membeli baju dan celana digunakan untuk foto tahunan sekolah.
Irul (17) merupakan seorang pelajar SMA di Bekasi mengatakan dirinya kerap sekali membeli pakaian bekas di Pasar Senen. Sebab menurutnya di pasar tersebut menyediakan beragam model fashion yang menarik.
"Di Bekasi sebenarnya ada juga thrifting, tapi di sini lebih banyak pilihannya dan murah juga tentunya," ujar Irul kepada Merdeka.com, Kamis (16/3).
Menurutnya, melakukan hal ini sangatlah asik, dan tentu menghemat pengeluaran untuk membeli baju baru. "Lebih asik saja thrifting-an gini, sudah hemat, terus hematnya tuh beberapa kali lipat gitu. Yang penting bahan dan kondisi nya masih bagus jadi saya mah beli saja, tidak harus brand-nya sih sebenarnya," tambahnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Adit (17) teman satu SMA Irul, dia mengatakan lebih memilih untuk melakukan thrifting karena model-modelnya cocok dengan style yang dia sukai.
"Seru, jadi kenal fashion-fashion gitu. Menurut kita mah ya enak di sini karena kan lebih banyak pilihan kalau thrifting daerah rumah gitu-gitu saja. Saya lebih milih desain estetik gitu, " jelas Adit.
Mereka pun mengaku, pernah thrifting di Pasar Baru untuk mencari satu stel jas yang digunakan untuk kegiatan di sekolahnya. "Pernah juga ke Pasar Baru, waktu itu nyari seragam gitu, kaya PDH gitu jas gitu," kata mereka.
"Ini sekarang saya belanja krunek 2, topi satu, harganya Rp 80.000 dan Rp 70.000. Nah si Adit beli krunek 3 kemeja 1 dasi 1. Kemeja tadi harganya Rp 100.000 tapi bagus banget kemejanya, krunek Rp 35.000," tutur Irul.
Kendati demikian, mereka tak mengetahui bahwa ada pelarangan atas barang baju impor bekas yang sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu. Mereka pun berpendapat, tindakan yang akan dilakukan pemerinta itu malah membuat bisnis-bisnis seperti ini kehilangan penghasilannya.
"Saya merasa kasihan kalau nanti bisnis ini tuh di tutup gitu, tadi juga ada abang-abang yang modalnya dari mertua, beli berapa bal gitu, jadi kasihan gitu," ujar Irul.
(mdk/azz)