Ternyata, Isu Transisi Energi Jadi Salah Satu Kunci Pemilih Muda Tentukan Presiden Selanjutnya
Pemilih muda memandang isu transisi energi sangatlah mendesak untuk diselesaikan oleh Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
Tidak ada pembahasan mengenai rencana pensiun pembangkit listrik tenaga uap batu bara (PLTU) sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar.
Ternyata, Isu Transisi Energi Jadi Salah Satu Kunci Pemilih Muda Tentukan Presiden Selanjutnya
Ternyata, Isu Transisi Energi Jadi Salah Satu Kunci Pemilih Muda Tentukan Presiden Selanjutnya
- Kebijakan Bahlil Bikin Indonesia Makin Susah Tinggalkan Batu Bara, Begini Penjelasannya
- Masa Depan Migas di Tengah Perubahan Iklim dan Transisi Energi
- Ketahui Kapan Pemilu Presiden, Tahapan, dan Para Calon Pemimpinnya
- Dorong Transisi Energi, DEN Usul Penggunaan Kompor Listrik Dimulai dari Orang Kaya
Pemimpin Inisiatif PilahPilih, EF. Mutia menyayangkan permasalahan batu bara tidak dibahas dalam acara Festival Pemilu digelar belum lama ini.
Dia menyebut, tidak ada pembahasan mengenai rencana pensiun pembangkit listrik tenaga uap batu bara (PLTU) sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar.
Padahal, 1.035 pemilih muda memandang isu transisi energi sangatlah mendesak untuk diselesaikan oleh Presiden dan Wakil Presiden Terpilih. Hal ini terungkap dalam survei digital yang dilakukan oleh pilahpilih.id.
Menanggapi pertanyaan pemilih muda tentang transisi energi, Tom Lembong Co-captain dari paslon nomor urut 1 menyatakan bahwa pihaknya memberi tempat bagi transisi energi pembangkit listrik berbahan bakar fosil ke energi baru terbarukan.
"Utamakan geotermal karena cadangan kita luar biasa 30.000 gigawatt. Di mana yang terpasang baru 1.200 gigawatt, bagaimana caranya? Dengan menanggung renteng risiko dari eksplorasi. Karena risiko eksplorasi ini tinggi, tidak bisa cuma diserahkan ke swasta. Pemerintah harus memberi jaminan, selain itu juga tenaga surya kita yang luar biasa dan biomassa," jelasnya Tom Lembong.
Satya Heragandhi, timses paslon nomor urut 3 mengungkapkan hal senada tentang pemanfaatan sumber energi terbarukan.
"Energi menarik sekali karena bicara energi terbarukan, teman-teman harus tahu energi terbarukan itu cuma hidup separuh hari. Seperti solar cell itu di malam hari tidak bisa. Angin juga begitu. Jadi harus ada energi baru terbarukan yang sifatnya base seperti geothermal, gas dan sebagainya. Jadi kita prioritaskan keduanya dari base dan energi terbarukan dan pelan-pelan kita tinggalkan fosil secara bertahap,” katanya.
Di sisi lain pemaparan timses paslon no urut 2, Astrio Feligent menyatakan pentingnya potensi ekonomi dari transisi energi.
"Transisi ke energi baru terbarukan pun harus dilakukan tanpa mengorbankan potensi ekonomi Indonesia. Itu yang harus digaris bawahi. Kedua, ketika kita bicara hari ini mau transisi perlu kita ingat bahwa batu bara adalah salah satu penyumbang surplus ekonomi kita dan subsidi listrik dalam elektrifikasi seperti kendaraan listrik masih lebih baik, dibanding subsidi kendaraan BBM," katanya.
Menanggapi jawaban para timses kandidat presiden dan wakil presiden terkait isu iklim dan lingkungan, Mahesti Hasanah seorang akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM yang juga merupakan advisor di pilahpilih.id menyampaikan bahwa setiap calon pemimpin di ajang Pemilu mendatang harus menyadari pentingnya kontekstualitas dengan isu yang berkembang saat ini.
Untuk meraup suara pemilih muda, konteks lingkungan penting untuk dipahami. Hal ini didukung dengan hasil survei yang dilakukan pilahpilih.id yang mengungkap 97 persen responden survei yang merupakan anak muda berpendapat akan sangat mempertimbangkan dan cukup mempertimbangkan masalah lingkungan saat memilih pemimpin di pemilu 2024
Sehingga isu lingkungan menjadi faktor kunci bagi pemilih muda dalam pesta demokrasi mendatang.
“Nah artinya apa? Kalau pemimpin tidak kontekstual dan aware soal ini, maka tidak bisa adaptasi. Sementara porsi pemilih pemula dan anak muda itu sangat tinggi dan anak muda saat ini memanfaatkan media untuk menyuarakan keresahan mereka termasuk dalam isu lingkungan dimana mereka terdampak secara langsung”, jelas Mahesti.
Sebelumnya, survei daring yang dilakukan oleh pilahpilih.id terhadap pemilih muda dari 36 provinsi juga mengungkap bahwa 90 persen responden khawatir terhadap masa depan lingkungan.
Selain itu temuan di survei pilahpilih.id juga menunjukkan bahwa 87 persen pemilih muda merasa bahwa isu lingkungan belum cukup dibahas secara mendalam di berbagai diskusi politik menjelang pemilihan umum.