Terungkap, Ini 4 Alasan Orang Indonesia Masih Percaya Dukun Pengganda Uang
Pengamat Sosiologi Universitas Gadjah Mada, AB Widyanta menyebut ada 4 faktor utama membuat masyarakat masih percaya kepada penggandaan uang yang dilakukan oleh peramal atau dukun.
Masyarakat baru-baru ini dihebohkan dengan kasus pembunuhan bermotif penggandaan uang di Banjarnegara, Jawa Tengah yang dilakukan oleh seorang dukun, yakni Slamet Tohari alias Mbah Tohari. Hingga kini, korban yang ditemukan tercatat sebanyak 12 orang akibat penipuan penggandaan uang tersebut.
Pengamat Sosiologi Universitas Gadjah Mada, AB Widyanta menyebut ada 4 faktor utama membuat masyarakat masih percaya kepada penggandaan uang yang dilakukan oleh peramal atau dukun.
-
Kenapa tradisi mitoni dilakukan? Banyak artis ibu kota melakoni tradisi ini guna menolak bala selama masa kehamilan.
-
Apa yang dilakukan pada tradisi Memitu? Tradisi ini tak sekedar menampilkan rasa bahagia dan ucapan syukur, namun turut dilaksanakan dengan sejumlah simbol yang dikaitkan dengan makna kebaikan. Beberapa prosesi yang ada dalam Memitu di antaranya memakai kembang melati yang sudah dirajut dan dimandikan dengan air sembari dibacakan kidung maupun doa-doa.
-
Kenapa tradisi Memitu dilakukan? Mengutip jurnal Belaindika: Pembelajaran dan Inovasi Pendidikan yang berjudul Makna dan Nilai Kidung Banyu Pitu pada Upacara Selamatan Memitu di Desa Kedokan Agung Kecamatan Kedokan Bunder Kabupaten Indramayu, tradisi ini memiliki banyak kebaikan bagi keselamatan ibu dan bayi dengan lantunan doa maupun macapat dengan nuansa Islami.
-
Bagaimana cara termudah untuk menggandakan uang? Bagaimana cara termudah untuk menggandakan uang? Letakkan di depan cermin
-
Kapan tradisi Memitu dilakukan? Ini merupakan adat yang berasal dari Kabupaten Indramayu untuk memperingati kehamilan seorang ibu yang memasuki usia kandungan 7 bulan.
Adapun keempat faktor tersebut di antaranya yaitu, Messianic komplek yaitu mereka memiliki kepercayaan bahwa ada ratu adil yang akan menyelamatkan kesusahan hidupnya yang akan meringankan seluruh penderitaan hidup, termasuk untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di hidupnya.
"Itu keyakinan yang diyakini oleh banyak orang di negara ini, itu indikasinya dia itu selalu mencari sosok-sosok yang meringankan hidupnya itu, meringankan kemiskinan itu. itu menjadi dasar dari orang-orang yang berpikiran seperti itu," ujar AB Widyanta, kepada Merdeka.com, Kamis (6/4).
Selanjutnya, Kultus Individu yakni setelah orang itu memposisikan seseorang untuk dijadikan sosok yang dikagumi dan dipercaya dan bisa diandalkan, maka orang yang mau menggandakan uang ini mengkultuskan sosok tersebut.
"Nah kultus individu itu apa yang diperintahkan oleh si pengganda uang atau dukun itu segalanya perintahnya akan diikuti, itu artinya sudah menaruh kepercayaan secara total kepada sosok dukun ini, maka segala perintahnya di ikuti," terang dia.
Kemudian, cara pikir instan yang anti proses, artinya dia memiliki cara pikir serba instan dan beranggapan bahwa sosok yang dia percayai bisa diandalkan, sehingga dirinya tidak akan berusaha keras untuk mendapatkan uang tanpa bekerja keras.
"Bahwa yang mendapatkan uang itu ya harus bekerja keras jadi memang orang-orang yang ingin mendapatkan kekayaan secara instan tidak mau jerih payah, dan hanya bermalas-malasan jadi pada intinya dia mau bergaya hidup mewah, berkehidupan pokoknya nggak mau kesulitan itu artinya mau mencari kemudahan hidup secara instan," kata dia.
Terakhir, perilaku hidup yang suka spekulasi atau gambling. Menurutnya, mereka seperti penjudi yang mengadu nasib. "Itu keempat faktor tadi menjadi satu jadi semacam ada suanasa kebatinan yang keempat hadir lalu ya sudah lah pasrah saja, maka segala perintah dukunnya tadi itu di ikuti," tuturnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk saling mengingat jika ada orang disekitarnya atau kerabat terdekat yang mempercayai hal-hal tersebut untuk diingatkan kembali. "Jadi ini praktik dari dukun sendiri, tahu bahwa orang ini mudah untuk dikelabui mudah untuk ditipu, diperalat maka yang sudah timbullah korban- korban, artinya gimana caranya untuk menghindari muncul korban-korban serupa," kata dia.
(mdk/idr)