Tumbuh Negatif, 3 Sektor Ini Jadi Penyebab Ekonomi 2020 Minus 2,07 Persen
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, dari sisi produksi secara qtq seluruh sektor pada kuartal IV-2020 sebetulnya mengalami pertumbuhan positif. Terkecuali untuk tiga sektor, yakni industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2020 lalu terkontraksi minus 2,07 persen. Secara kuartalan (qtq), pertumbuhan ekonomi juga terkontraksi 0,42 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, dari sisi produksi secara qtq seluruh sektor pada kuartal IV-2020 sebetulnya mengalami pertumbuhan positif. Terkecuali untuk tiga sektor, yakni industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Kapan rapat terkait perkembangan sektor pertanian nasional akan digelar? Herindra menambahkan bahwa dalam waktu dekat Menhan Prabowo dan jajaran Kemenhan akan menggelar rapat terkait perkembangan sektor pertanian nasional.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa yang dimaksud dengan PBI BPJS? PBI BPJS merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk menanggung biaya iuran BPJS Kesehatan bagi individu atau kelompok yang memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan.
-
Bagaimana BSI mendorong kemandirian ekonomi pesantren melalui program "One Pesantren One Product"? Sebagai bentuk komitmen BSI terhadap kemajuan dan ketahanan ekonomi Indonesia, Merdeka.com menyoroti tiga program yang telah BSI lakukan, yaitu Program One Pesantren One Product di mana BSI mendorong kemandirian pesantren dan membangun ekonomi dan keuangan syariah melalui optimalisasi pesantren.
"Tetapi karena share dari tiga sektor ini dominan, menyebabkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV secara qtq masih mengalami kontraksi tipis 0,42 persen," kata Suhariyanto dalam sesi teleconference, Jumat (5/2).
Jika dilihat pada siklus tahunan, sektor pertanian memang selalu tumbuh negatif pada triwulan akhir karena adanya faktor cuaca atau pergantian musim. "Misalnya saja yang paling nyata karena masalah musiman untuk sektor pertanian, dimana puncak musim panennya sudah jatuh di triwulan II dan III, dan triwulan IV mengalami penurunan sehingga kontraksi," imbuhnya.
Kendati demikian, dia mencatat sektor pertanian pada kuartal IV masih mengalami pertumbuhan positif 1,75 persen. Itu didorong oleh produksi palawija dan hortikultura yang naik untuk beberapa komoditas, seperti ubi kayu, kacang hijau, pisang, mangga, dan cabai rawit.
Sementara untuk sektor industri pengolahan memang terkontraksi minus 2,93 persen. Itu tercermin dari produksi LNG yang minus 6,63 persen, mobil minus 46,37 persen, sepeda motor minus 40,21 persen, dan semen minus 9,26 persen.
Senada, sektor perdagangan juga terkontraksi minus 3,72 persen. Itu disebabkan oleh penjualan mobil wholesale minus 48,35 persen, penjualan sepeda motor minus 43,57 persen, indeks penjualan riil suku cadang minus 23 persen, dan indeks ritel minus 12,03 persen.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pertumbuhan Ekonomi 2020 Capai Minus 2,07 Persen
Gerakan Wakaf Uang Dinilai akan Turunkan Konsumsi Masyarakat
Bos BI Prediksi Ekonomi 2021 Bisa Tumbuh 5,8 Persen, Ini Indikatornya
Ditopang Investasi, Ekonomi RI 2021 Diproyeksi Tumbuh 4,43 Persen
Pemprov Ungkap Sumut Alami Inflasi di Awal Tahun, Ini Faktor Penyebabnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Sulit Tercapai