Wapres JK: Industri RI Kalah Saing karena Teknologi Usang, Contohnya Krakatau Steel
Wapres mencontohkan kerugian perusahaan nasional, PT Krakatau Steel yang terjadi karena masih memakai teknologi yang usang dalam produksi bajanya.
Wakil Presiden, Jusuf Kalla menilai bahwa faktor ketertinggalan teknologi produksi menjadi penyebab industri nasional gagal bersaing dengan industri global.
Wapres mencontohkan kerugian perusahaan nasional, PT Krakatau Steel yang terjadi karena masih memakai teknologi yang usang dalam produksi bajanya.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Siapa yang Jusuf Kalla kritik terkait hukuman pidana dalam kesalahan strategi bisnis? Pasalnya, ada berbagai faktor yang menentukan kerugian dalam korporasi, bukan hanya semata-mata kesalahan strategi. "Direksi boleh mengambil keputusan karena korporasi ada tiga bagian, yakni direksi, komisaris dan pemegang saham. Sepanjang direksi diketahui dan disetujui oleh dua organ lainnya maka itu bukan pidana jika melihat dari sisi hukum korporasi atau perseroan terbatas," kata Dosen Hukum Universitas Indonesia Fully Handayani Ridwan dalam keterangannya, Rabu (22/5).
-
Apa yang dikritik oleh Jusuf Kalla terkait hukuman pidana dalam kesalahan strategi bisnis? Pasalnya, ada berbagai faktor yang menentukan kerugian dalam korporasi, bukan hanya semata-mata kesalahan strategi. "Direksi boleh mengambil keputusan karena korporasi ada tiga bagian, yakni direksi, komisaris dan pemegang saham. Sepanjang direksi diketahui dan disetujui oleh dua organ lainnya maka itu bukan pidana jika melihat dari sisi hukum korporasi atau perseroan terbatas," kata Dosen Hukum Universitas Indonesia Fully Handayani Ridwan dalam keterangannya, Rabu (22/5).
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai harga alutsista bekas yang dibeli pemerintah? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
"Bayangkan, Indonesia jual baja Rp8,4 juta per ton (USD 600). Tapi China bikin Rp5,6 juta (USD 400) per ton, kalau China jual dengan harga Rp7 juta (USD 500) per ton, dia untung Rp1,4 juta (USD 100), baja nasional jelas rugi," jelas Jusuf Kalla dikutip Antara.
Wapres membandingkan teknologi PT Krakatau Steel dengan perusahaan baja asal China yang menurutnya lebih maju dalam hal teknologi.
"Krakatau Steel masih pakai teknologi lama, teknologi Jerman tapi usang. Makin banyak yang diproduksi, makin susah bersaing karena kalah sama teknologi baru China yang simpel," ujar dia.
Dengan revolusi industri 4.0, pemerintah bermaksud mendorong industri nasional mengembangkan teknologi produksinya sehingga bisa bersaing di pasar terbuka. "Katakanlah di kita, pegawainya 600 sampai 800 orang satu pabrik. Tapi pabrik China hanya 70 orang karena semua sudah otomatisasi," ujar Wapres.
Meski teknologi berkembang, Wapres mengatakan pemerintah menghadapi pilihan sulit karena kemajuan teknologi dalam industri juga mengandung resiko. "Revolusi (industri) itu ada resikonya, resiko itu dinamakan efisiensi," ujar dia.
Selain teknologi yang usang, Wapres menilai harga jual pasar yang turun drastis menyebabkan pemerintah memilih mendorong perusahaan nasional melakukan efisiensi.
Masih mencontohkan industri baja, Wapres menyebut baja pernah menyentuh harga jual tertinggi sekitar Rp14 juta (1000 dolar AS) per ton pada 2008. "Sekarang sisa setengahnya ," ujar dia.
Baca juga:
Perusahaan Global Ikut Bantu Indonesia Genjot Aspek Kesehatan
Wapres JK: Revolusi Industri Terus Dibahas, Tapi Kita Tetap Impor Barang Dari China
PP Terbit, Pemerintah Resmi Berlakukan Insentif Pajak 200 Persen
Jokowi Sebar Insentif Pajak Besar-besaran, Ini Rinciannya
Kemenperin Pacu Pembangunan Kawasan Industri di Indramayu dan Subang
Ekonom Harap Kabinet Periode II Jokowi Fokus Benahi Industri