Waspada, Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Anjlok Ke Rp15.200 per USD di 2023
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi, nilai tukar Rupiah tahun ini berada di kisaran Rp 14.500-14.900 per USD, dan terdepresiasi hingga Rp 14.800-15.200 per USD pada 2023.
Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan semakin melemah pada 2023 mendatang. Terdapat sejumlah faktor yang membebani kurs Rupiah di tahun depan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi, nilai tukar Rupiah tahun ini berada di kisaran Rp 14.500-14.900 per USD, dan terdepresiasi hingga Rp 14.800-15.200 per USD pada 2023.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa yang terjadi pada nilai tukar rupiah ketika Indonesia mengalami hiperinflasi di tahun 1963-1965? Di tahun 1963 hingga Soekarno lengser sebagai Presiden tahun 1965, Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 635 persen dengan nilai tukar rupiah saat itu berkisar Rp11 per USD1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
Alasannya, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga acuannya (The Fed Fund Rate) sebanyak empat kali selama 2022 ini, atau sebesar 225 basis poin menjadi 2,25-2,50 persen.
Kebijakan tersebut turut berdampak terhadap kenaikan imbal hasil US Treasury, sehingga berpotensi menyebabkan maraknya modal asing yang keluar (capital outflow) dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Faktor negatifnya tentu saja kenaikan suku bunga tinggi, baik The Fed Fund Rate maupun US Treasury, sehingga capital outflow risikonya masih tinggi. Sehingga keseluruhan 2022 kami perkirakan nilai tukar Rp 14.500-14.900, Di 2023 nilai tukar berada di Rp 14.800-15.200," jabar Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8).
Situasi Ekonomi Dunia
Selain itu, dia menambahkan, situasi ekonomi dunia yang masih diselimuti ketidakpastian juga akan mempersulit pihak bank sentral, termasuk nilai tukar Rupiah ke depan.
Perry lantas mencontohkan, ketidakpastian ini terjadi akibat pandemi Covid-19 yang masih terjadi, gangguan rantai pasok global, konflik geopolitik Ukraina-Rusia, hingga ketidakpuasan sosial di negara-negara maju.
"Perkembangan-perkembangan ini sangat dinamis. Berbagai ketidakpastian itu mempersulit kita untuk memperkirakan ke depan," ujar Perry.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)