Exhuma Jadi Film Paling Cuan di 2024, Kalahkan The Roundup: Punishment
Film Exhuma berhasil menarik perhatian 11,91 juta penonton selama masa tayangn denganpendapatan sebesar 115 miliar won, setara Rp1,2 triliun.
Film Exhuma mencapai kesuksesan luar biasa tahun ini. Film ini tidak hanya mendapatkan pujian dari para kritikus, tetapi juga berhasil meraih keuntungan finansial yang signifikan.
Menurut laporan dari The Korea Times pada Senin (16/12), film yang dibintangi Kim Go Eun dan Choi Min Sik ini menjadi film dengan pendapatan kotor tertinggi tahun ini, berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Hankook Ilbo. Selama masa tayangnya, Exhuma berhasil menarik 11,91 juta penonton dan menghasilkan pendapatan mencapai 115 miliar won, setara Rp1,2 triliun.
Dengan anggaran produksi yang relatif kecil, yaitu 14 miliar won, film ini mencatatkan profitabilitas yang sangat mengesankan, mencapai 822 persen. Estimasi biaya produksi ini didasarkan pada informasi dari sumber industri, sementara angka pendapatan diperoleh dari Dewan Film Korea. The Korea Times juga mencatat jika diasumsikan pembagian pendapatan dilakukan dengan rasio 50:50 antara bioskop dan perusahaan produksi, maka keuntungan bersih yang diterima oleh produser dan investor dapat mencapai 411 persen.
Di posisi kedua, terdapat film The Roundup: Punishment, yang berhasil menarik 11,5 juta penonton, hanya terpaut 410 ribu penonton dari Exhuma. Meskipun demikian, tingkat profitabilitas film ini berada di bawah Exhuma, yaitu sebesar 718 persen.
Film tersebut berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar 110 miliar won di bioskop, tetapi anggaran produksinya lebih tinggi, mencapai 15,3 miliar won. Keberhasilan Exhuma dan The Roundup: Punishment menunjukkan betapa besarnya minat penonton terhadap film-film Korea saat ini.
Peringkat Ketiga dan Keempat
Pada posisi ketiga dalam daftar ini terdapat film I, the Executioner, yang berhasil menarik perhatian 7,52 juta penonton dan mencatatkan tingkat profitabilitas mencapai 556 persen. Sekuel dari film Veteran ini memiliki biaya produksi sebesar 13 miliar won, sementara pendapatannya mencapai 72,4 miliar won.
Sementara itu, di peringkat keempat muncul film Pilot dengan jumlah penonton sebanyak 4,71 juta, yang berhasil meraih pendapatan sebesar 43,2 miliar won. Hal ini menunjukkan profitabilitas sebesar 440 persen, dibandingkan dengan modal yang dikeluarkan sebesar 9,8 miliar won.
Modal Kecil Cuan Berlipat Ganda
Selanjutnya, terdapat dua film dengan anggaran "sederhana" yang berhasil meraih keuntungan yang signifikan. Film animasi Heartsping: Teenieping of Love berhasil menarik 1,23 juta penonton dan menempati posisi kelima. Dengan biaya produksi sebesar 3 miliar won, film ini mencatatkan pendapatan mencapai 11 miliar won, sehingga menghasilkan profitabilitas sebesar 366 persen.
Di posisi enam, film Handsome Guys mencatatkan 1,77 juta penonton. Film ini diproduksi dengan anggaran 4,9 miliar won dan berhasil meraih pendapatan sebesar 16,5 miliar won, yang menjadikannya memiliki profitabilitas sebesar 336 persen.
Selain itu, terdapat film Escape yang berhasil meraih 2,56 juta penonton dan film Hijacking dengan 1,77 juta penonton. Kedua film ini menunjukkan profitabilitas yang mengesankan, masing-masing mencapai 284 persen untuk Escape dan 129 persen untuk Hijacking.
Keberhasilan film-film ini menunjukkan meskipun dengan anggaran terbatas, mereka mampu memberikan keuntungan yang signifikan dan menarik perhatian penonton. Ini menjadi bukti bahwa kualitas cerita dan daya tarik visual dapat menjadikan film sukses di pasaran.
Perkembangan Industri Film di Korea Selatan
Para pengamat perfilman di Korea Selatan mengamati adanya transformasi dalam industri film negara tersebut, yang mulai terasa sejak terjadinya pandemi Covid-19. Banyak film dengan anggaran besar yang menampilkan bintang terkenal justru kesulitan menarik perhatian penonton.
"Tahun ini memperlihatkan kekuatan film dengan identitas yang jelas, dibandingkan film yang mencampurkan terlalu banyak elemen dan mengandalkan anggaran yang berlebihan," ungkap Kim Hyo Jung, seorang kritikus film sekaligus profesor di Universitas Hanyang.