CEK FAKTA: Beredar Info Vaksin Kanker Belum Ditemukan Selama 100 Tahun, Ini Faktanya
Merdeka.com - Video yang menyebutkan vaksin untuk kanker belum ditemukan beredar di media sosial. Pengunggah video juga menyebutkan vaksin HIV belum ditemukan, sedangkan vaksin untuk Covid-19 cepat ditemukan.
istimewa"Logika vaksain. Jadi kalau penelitian selama 40 tahun, gagal temukan VAKSAIN untuk HIV. Riset 100 tahun untuk kanker, tak ada VAKSAIN. Riset berjalan untuk filek, Tak ada VAKSAIN. Hanya dalam 1 tahun, Kita mengembangkan VAKSAIN untuk Cvd-19"
Penelusuran
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Apa yang diklaim video tersebut? Video tersebut mengandung narasi bahwa Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD bersama DPR membongkar kebusukan hakim MK saat pelaksanaan Pilpres.
-
Apa yang diklaim di video tersebut? Dalam video berisi gabungan dari berbagai macam video yang ditambah dengan narasi dari bahwa Jokowi dan Kapolri CEK FAKTA: Hoaks Presiden Jokowi dan Kapolri Copot Polda Jabar Karena Batalkan Sidang Pegi Beredar sebuah video yang menarasikan Presiden Joko Widodo dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo mencopot jabatan Kapolda Jawa Barat (Jabar) karena batalkan persidangan tersangka kasus pembunuhan Vina Cirebon, Pegi Setiawan alias Pegi.
-
Siapa yang menyebarkan video? NRA sebagai pengambil data dan penyebar.
-
Bagaimana cara cek fakta video tersebut? Penelusuran Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan aslinya Anies Baswedan yang diunggah akun YouTube medcomid pada 11 November 2022.
Cek fakta merdeka.com menelusuri informasi tersebut. Informasi vaksin kanker belum ditemukan adalah tidak benar.
Mengutip artikel merdeka.com berjudul "Pencegahan lebih baik, ini dia jenis vaksin kanker yang wajib kamu tahu" pada 31 Maret 2018, dijelaskan ada vaksin untuk pencegahan dan pengobatan kanker yang tersedia.
Dokter memberikan jenis vaksin ini kepada orang sehat untuk mencegah berkembangnya kanker tertentu. Sejauh ini ada 2 jenis vaksin pencegahan kanker yang telah disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration yaitu vaksin HPV dan Vaksin Hepatitis B.
Sedangkan vaksin pengobatan, yaitu vaksin terapetik. Vaksin pengobatan termasuk jenis imunoterapi yang bekerja untuk meningkatkan pertahanan alami dalam melawan kanker seperti menghancurkan sel-sel kanker yang masih ada di dalam tubuh setelah perawatan lain, menghentikan tumbuh dan menyebarnya tumor, dan mencegah datangnya kanker.
Kesimpulan
Informasi vaksin untuk kanker belum ditemukan adalah tidak benar. Vaksin untuk kanker sudah ditemukan, untuk pencegahan dan pengobatan.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaVaksin kanker akan mulai didistribusikan awal tahun 2025.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaRusia mengklaim bahwa mereka telah berhasil menemukan vaksin kanker yang akan bisa diakses secara gratis di 2025.
Baca SelengkapnyaPengumuman penerima penghargaan Nobel adalah salah satu yang dinantikan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca Selengkapnya