15 Orang Ini Bereksperimen Tinggal di Gua Selama 40 Hari Tanpa Matahari dan Dunia Luar, Hasilnya Mengejutkan
15 Orang Ini Bereksperimen Tinggal di Gua Selama 40 Hari Tanpa Matahari dan Dunia Luar, Begini Hasilnya
Mereka mengisolasi diri untuk mengetahui seperti apa dampaknya terhadap tubuh dan kejiwaan mereka.
-
Kapan manusia tinggal di gua? 'Temuan kami di Umm Jirsan memberikan pandangan langka dalam kehidupan masyarakat kuno di Arab, mengungkapkan fase berulang pendudukan manusia dan menjelaskan kegiatan pastoralis (kehidupan pedesaan) yang pernah berkembang di fase ini,' kata Dr. Mathew Stewart, peneliti utama dan Research di Fellow ARCHE.
-
Bagaimana manusia menggunakan gua? 'Temuan kami di Umm Jirsan memberikan pandangan langka dalam kehidupan masyarakat kuno di Arab, mengungkapkan fase berulang pendudukan manusia dan menjelaskan kegiatan pastoralis (kehidupan pedesaan) yang pernah berkembang di fase ini,' kata Dr. Mathew Stewart, peneliti utama dan Research di Fellow ARCHE.
-
Bagaimana Haryono menjalani kehidupannya di gua? Kini lantaran telah terbiasa hidup sendiri, Haryono pun melakukan berbagai aktivitas seorang diri.
-
Apa yang ditemukan di gua? Sumber: Phys.org Pusat Penelitian Australia untuk Evolusi Manusia (ARCHE) Universitas Griffith, bekerja sama dengan mitra internasional, membuat terobosan baru dari eksplorasi pengaturan bawah tanah, termasuk gua tabung dan lava, yang sebagian besar isinya merupakan reservoir (wadah menyimpan cairan) arkeologi yang belum dimanfaatkan di Arab.
-
Apa yang ditemukan di dalam gua? Mereka kemudian menemukan lukisan zaman prasejarah yang menakjubkan di dalam gua itu. Dengan penggunaan drone, para peneliti dengan cepat mengumpulkan bukti lukisan berasal dari 5.000-7.000 tahun lalu.
15 Orang Ini Bereksperimen Tinggal di Gua Selama 40 Hari Tanpa Matahari dan Dunia Luar, Hasilnya Mengejutkan
Istilah "isolasi diri" biasanya dikaitkan dengan tinggal mendekam di suatu tempat tanpa berhubungan dengan dunia luar.
Sekelompok relawan berjumlah 15 orang mencoba mengisolasi diri untuk mengetahui bagaimana dampak percobaan itu terhadap tubuh dan psikologis mereka.
Mereka bereksperimen dengan menghabiskan 40 hari di gua Lombrines, Prancis pada 14 Maret sebagai bagian dari proyek penelitian Deep Time, yang bertujuan untuk memeriksa efek isolasi ekstrem pada fisiologi dan psikologi manusia.
Keluar dari gua dengan mengenakan kacamata hitam untuk membantu mata mereka menyesuaikan kembali dengan cahaya matahari, kelompok ini tampak dalam semangat tinggi.
Namun, tidak mengherankan jika mereka menunjukkan tanda-tanda kehilangan rasa waktu.
Pemimpin eksperimen Christian Clot menjelaskan, sebagian besar peserta percaya mereka hanya berada di bawah tanah selama sebulan.
"Dan inilah kami! Kami baru saja keluar setelah 40 hari. Bagi kami itu benar-benar kejutan," ujar Clot kepada Associated Press
yang menunggu kemunculan kelompok tersebut dari gua.
"Dalam pikiran kami, kami telah masuk ke dalam gua 30 hari yang lalu."
Dilansir IFL Science, selama di dalam gua, kelompok ini tidur di tenda dan menggunakan sepeda pedal untuk menghasilkan listrik guna menyalakan senter mereka.
Mereka tidak memiliki telepon atau jam, dan harus mengambil air dari sumur yang berada 45 meter (146 kaki) di bawah tanah.
Sepenuhnya terputus dari Matahari dan tanpa cara untuk mengetahui waktu, kelompok ini harus mengandalkan ritme sirkadian mereka – atau jam tubuh – untuk memutuskan kapan harus makan dan tidur.
Sementara itu, para peneliti menggunakan berbagai sensor untuk memantau suhu tubuh tim, pola tidur, interaksi sosial, serta respons perilaku dan kognitif terhadap lingkungan baru mereka.
Aktivitas otak relawan juga direkam sebelum dan setelah masuk ke dalam gua.
Menurut situs web Deep Time, proyek ini bertujuan untuk memberikan informasi penting tentang kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan kondisi hidup yang baru dan ekstrem.
Clot menyatakan "masa depan kita sebagai manusia di planet ini akan berkembang. Kita harus belajar untuk lebih memahami bagaimana otak kita mampu menemukan solusi baru, apa pun situasinya."
Sementara penyelenggara proyek mengklaim mereka adalah yang pertama mempelajari efek isolasi ekstrem secara ilmiah, 15 relawan ini jauh dari orang pertama yang tinggal di gua untuk ilmu pengetahuan.
Pada 1962, seorang Prancis bernama Michel Siffre menjadi yang pertama mengusulkan adanya jam biologis setelah mencatat siklus tidurnya selama tinggal selama 63 hari di gua Pegunungan Alpen.
Penemuan Siffre memicu munculnya kronobiologi sebagai bidang investigasi ilmiah, meskipun penelitian selanjutnya membawanya ke tempat-tempat gelap – secara harfiah dan emosional.
Pada tahun 1972, misalnya, ia menghabiskan enam bulan hidup sendirian di sebuah gua di Texas, di mana siklus tidurnya menjadi sangat tidak stabil dan ia mengalami depresi berat.
Ia bahkan sempat menyetrum otaknya setelah badai petir di atas tanah mengacaukan elektroda yang dipasang di kepalanya untuk memantau aktivitas sarafnya.
Untungnya, para relawan Deep Time berhasil melewati eksperimen 40 hari mereka tanpa cedera, dengan dua pertiga peserta mengatakan mereka ingin menghabiskan sedikit lebih lama di dalam gua.