Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
8.000 tahun lalu manusia menjelajahi gua Prancis yang gelap. Bagaimana mereka melakukannya?
-
Bagaimana arkeolog melihat isi gua? Arkeolog di Spanyol menemukan gua purba yang sulit dijangkau dan mengerahkan drone untuk melihat isi gua tersebut.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di gua purba? Para arkeolog menemukan simbol 'suka' ini saat melakukan pembersihan berkala dan konservasi lukisan batu prasejarah Lascaux yang terkenal di dekat desa Montignac, Prancis Selatan.
-
Mengapa gua penting bagi arkeolog? Hal ini menawarkan kesempatan langka untuk mempelajari adat istiadat pemakaman Zaman Perunggu Akhir secara terperinci.
-
Kenapa tulang manusia purba ditemukan di gua? Gua itu juga diperkirakan telah digunakan oleh manusia Neanderthal. Di antara ribuan kerangka yang ditemukan, beberapa tengkorak memiliki lubang di bagian kepala, para peneliti meyakini bahwa lubang ini disebabkan oleh hasil trepanasi dan mungkin upaya untuk menyembuhkan penyakit, seperti dilansir Live Science.
-
Di mana letak gua prasejarah? Berlokasi di Umm Jirsan, para peneliti menemukan banyak bukti yang sudah ada sejak periode Neolitikum hingga Chalcolithic/ Zaman Perunggu atau sekitar 10.000-3.500 tahun yang lalu.
-
Siapa yang meneliti temuan di gua tersebut? Dalam sebuah penelitian untuk Harvard Theology Review yang dipublikasikan oleh Cambridge University Press, peneliti dari Otoritas Kepurbakalaan Israel dan Universitas Bar-Ilan menjelaskan tentang temuan lampu minyak di dalam gua yang terletak di Bukit Yudea.
Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
Menelusuri gua berarti memasuki dunia yang sunyi, hampir asing, jauh dari keramaian dan kegiatan di permukaan bumi.
Salah satu sistem gua paling mengagumkan di dunia adalah Gua Saint Marcel di Prancis. Wilayah sekitar pintu masuk, didiami oleh manusia selama ribuan tahun, mulai dari zaman Paleolitik Tengah.
Namun, gua ini bukan sekadar pintu masuk biasa. Gua ini membentang sejauh 64 kilometer, sebuah labirin yang membelah lapisan bumi.
Dengan sejarah panjang tempat ini sebagai tempat tinggal manusia, ahli antropologi tertarik pada tempat ini.
Namun, saat ini, sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh ahli geomorfologi Jean-Jacques Delannoy dari Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS) Prancis menemukan misteri baru.
Jauh di dalam gua, melewati rintangan yang berbahaya termasuk jurang-jurang dalam, mereka menemukan fragmen stalagmit yang terletak lebih dari 1,5 kilometer (0,93 mil) dari pintu masuk, menunjukkan kehadiran manusia sekitar 8.000 tahun lalu.
Bahkan dengan standar modern yang mencakup peralatan keselamatan, peralatan canggih, dan pencahayaan yang kuat, jalur menuju fragmen stalagmit masih dianggap berbahaya.
Ini mengundang pertanyaan: bagaimana manusia purba bisa masuk dan keluar dari situs ini?
"Penemuan ini dan fakta bahwa struktur tersebut berusia sekitar 8.000 tahun sungguh luar biasa," kata Delannoy dalam situs PNAS.
“Ini menimbulkan pertanyaan tentang pengetahuan manusia prasejarah tentang gua, kemampuan mereka untuk menjelajahi dan menyeberangi terowongan, serta penguasaan mereka atas pencahayaan.”
Bagian gua yang diteliti oleh Delannoy dan timnya sudah dikenal untuk beberapa waktu, dengan berbagai formasi batuan yang rusak memenuhi lantai.
Ini adalah endapan mineral yang terbentuk oleh air tanah di dalam gua, seperti stalagmit (formasi yang tumbuh ke atas di dasar gua) dan stalaktit (formasi yang menuruni langit-langit gua).
Hal lumrah jika gua-gua terkenal memiliki formasi batuan yang rusak. Hal ini sering kali disebabkan oleh penjelajah gua dan wisatawan pada akhir abad ke-19 yang memecahkan batu sebagai kenang-kenangan atau meninggalkan jejak di dinding gua sebagai tanda kunjungan mereka.
Diasumsikan bkerusakan pada formasi batuan di Saint-Marcel adalah akibat dari tindakan wisatawan tersebut.
Namun, Delannoy dan rekan-rekannya menemukan bukti kuno keberadaan manusia di gua-gua lain, menimbulkan pertanyaan tentang kapan kerusakan pada formasi batuan di Saint-Marcel terjadi.
Untungnya, dengan batu, ada cara untuk mengetahuinya, dan itulah yang ingin dilakukan oleh para peneliti.
Formasi batuan seperti stalagmit terbentuk dari interaksi yang panjang dengan air; Anda dapat mematahkan stalagmit dari akarnya, tetapi jika air terus mengalir dan mengendapkan mineral, stalagmit tersebut akan tumbuh kembali.
Para peneliti memeriksa pertumbuhan kembali dari formasi yang rusak, tetapi itu bukan satu-satunya yang mereka lakukan. Mereka juga menganalisis rasio uranium dan thorium dalam formasi batuan, menggunakan teknik yang dikenal sebagai penanggalan uranium-torium.
Dengan menggunakan teknik ini, para peneliti menemukan sebagian besar formasi batuan terbentuk antara 125.000 dan 70.000 tahun yang lalu.
Tim menemukan patahan awal formasi batuan terjadi sekitar 10.000 tahun lalu, yang terbaru terjadi sekitar 3.000 tahun silam. Namun, ada petunjuk lain.
Sejumlah besar pecahan tampaknya diletakkan secara sengaja, menciptakan struktur di dalam ruangan. Struktur ini, menurut temuan para peneliti, diciptakan sekitar 8.000 tahun yang lalu.
Tidak ada keraguan tentang hal itu, para peneliti menyimpulkan. Manusia telah berada di sini, jauh sebelum kita menduga keberadaan mereka, dan mereka menavigasi jalan yang gelap dan berbahaya serta membangun sesuatu dari batu.
Cara mereka melakukannya menjadi pekerjaan di masa depan; Endapan jelaga pada dinding ruangan bisa menjadi petunjuk, jika ditempatkan bersamaan dengan konstruksi.
“Bukti aktivitas manusia prasejarah di gua Saint-Marcel bersifat konklusif,” tulis peneliti dalam makalah mereka.
“Hasil studi kami mengubah pandangan kita terhadap jaringan gua Saint-Marcel, memberi dimensi budaya yang terkait dengan penggunaan gua prasejarah.
Temuan dari gua Saint-Marcel mengajak kita untuk melihat masyarakat ini dengan cara yang baru, pemanfaatan gua mereka, yang sampai sekarang dianggap terbatas pada wilayah pintu masuk, keterlibatan mereka dengan lanskap bawah tanah, dan dimensi simbolis yang terkait.”