Arkeolog Bongkar Dugaan Nenek Moyang Manusia Adalah Pelaut Ulung yang Bisa Bikin Perahu dan Punya Bahasa
Arkeolog Bongkar Dugaan Nenek Moyang Manusia Adalah Pelaut Ulung yang Bisa Bikin Perahu dan Punya Bahasa
Arkeolog Bongkar Dugaan Nenek Moyang Manusia Adalah Pelaut Ulung yang Bisa Bikin Perahu dan Punya Bahasa
-
Siapa yang meneliti nenek moyang makhluk hidup? Moody dan rekan-rekannya telah melangkah lebih jauh. Mereka fokus pada lima set gen 'paralog', atau duplikat, yang ditemukan pada banyak bakteri dan archaea, menunjukkan bahwa penggandaan terjadi sebelum LUCA terpecah dan berkembang biak.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan jejak lautan purba? Ilmuwan meneliti sampel batu kapur di Italia untuk menemukan jejak lautan purba itu.
-
Bagaimana para arkeolog mempelajari daratan kuno? Namun, sebelum Norman dan timnya melakukan penyelidikan, para arkeolog hanya mampu berspekulasi tentang sifat lanskap pra-Zaman Es yang tenggelam ini, dan ukuran populasinya.
-
Apa bukti bahwa orang Sunda zaman dulu bangsa akuatik? Sungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.
-
Siapa yang menemukan penemuan manusia purba ini? Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Kemajuan Ilmu Pengetahuan ini melibatkan para ahli dari Universitas New York, Universitas Tübingen, dan Museum Nasional di Berlin.
-
Bagaimana cara para arkeolog menemukan garis keturunan baru Neanderthal? Ilmuwan menemukan garis keturunan Neanderthal baru setelah mengambil DNA dari beberapa tulang berusia sekitar 45.000 tahun lalu di Lembah Rhône, Prancis saat ini.
Arkeolog Bongkar Dugaan Nenek Moyang Manusia Adalah Pelaut Ulung yang Bisa Bikin Perahu dan Punya Bahasa
Arkeolog kini tengah diliputi perdebatan tentang apakah salah satu nenek moyang kita yang paling misterius memiliki bahasa atau tidak.
Sejumlah kalangan berpendapat jejak Homo erectus, spesies manusia yang telah punah, yang ditemukan di pulau-pulau terpencil menunjukkan kemampuan mereka untuk membuat perahu dan menavigasi ombak, yang semuanya membutuhkan keterampilan komunikasi yang lebih baik.
Namun, sebuah analisis baru terhadap teori ini telah menemukan beberapa celah besar, yang pada akhirnya menyimpulkan ide tersebut tidak bisa diterima.
Homo erectus pertama kali muncul dalam catatan arkeologi sekitar 2 juta tahun yang lalu, dan kemudian menghilang sekitar 100.000 tahun lalu. Bahkan ada dugaan garis keturunan manusia yang telah punah itu berhasil sampai ke pulau Flores, Indonesia di Samudra Hindia dan Kreta di Mediterania.
Teori bahwa Homo erectus memiliki kemampuan bahasa yang diperlukan untuk membangun kapal yang layak laut dan mengarungi lautan diilhami oleh penguasaan maritim yang sebenarnya.
Namun, profesor linguistik Rudolf Botha dari Universitas Stellenbosch tidak yakin. Pertama, dia menyatakan sulit untuk menganggap bahwa purba ini pernah tinggal di Kreta.
Botha mendukung argumen ini dengan mengatakan tidak ada fosil Homo erectus yang ditemukan di pulau ini.
Selain itu, meskipun peralatan batu prasejarah Kreta secara tentatif dikaitkan dengan spesies ini, beberapa peneliti percaya peralatan tersebut mungkin dibuat oleh Neanderthal.
Selain itu, sisa-sisa manusia purba yang pernah ditemukan di Flores adalah Homo floresiensis, yang dikenal sebagai "mirip Hobbit".
Itu diperkirakan berasal dari Homo erectus, tetapi mungkin juga berasal dari hominid lain seperti Homo habilis atau Australopithecus.
Oleh karena itu, tidak sepenuhnya pasti Homo erectus benar-benar berhasil mencapai salah satu dari pulau-pulau ini, meskipun Botha mengakui hal ini tampaknya lebih mungkin terjadi di Flores daripada di Kreta.
Namun, jika garis keturunan manusia purba memang berlayar ke Flores, ini tidak berarti mereka melakukannya dengan sengaja atau membuat perahu untuk perjalanan mereka.
Botha menunjuk pada pernyataan yang dibuat oleh banyak ahli lain bahwa Homo erectus mungkin secara tidak sengaja berakhir di Flores setelah dibawa ke laut dengan "rakit alami" yang terbuat dari tanaman lokal.
"Menyeberangi perairan terbuka yang memisahkan Flores dari pulau-pulau terdekat tidak memerlukan penggunaan perahu atau rakit non-alami," katanya. "Untuk tujuan ini, rakit alami sudah tersedia bagi Homo erectus.”
Bagaimana persisnya pelayaran yang tidak disengaja ini terjadi masih belum jelas, meskipun "catatan anekdot tentang kejadian arung jeram dan pemodelan yang relevan" menunjukkan tsunami dan angin topan mungkin berperan.
Secara keseluruhan, penulis penelitian mengatakan tidak ada bukti yang cukup untuk menunjukkan spesies ini secara sengaja membuat kapal dan berlayar ke Flores atau Kreta.
Oleh karena itu, menggunakan apa yang disebut sebagai "Inferensi Pelayaran" ini sebagai dasar untuk bahasa Homo erectus sangatlah tidak tepat. Namun, ini tidak berarti keturunan purba ini tidak memiliki kemampuan berbahasa.
Memang, peneliti lain telah menunjuk pada taktik memulung kolaboratif yang digunakan oleh Homo erectus sebagai bukti penggunaan bahasa, sementara yang lain mengatakan kemampuan hominid untuk membuat alat simetris, dikombinasikan dengan ukuran otaknya yang besar, dapat mengindikasikan hominid itu cukup cerdas untuk berbicara.
Studi ini diterbitkan dalam Cambridge Archaeological Journal.